Kamis 14 Jun 2012 18:40 WIB

Gara-gara Debt Collector, Ormas di Sukabumi Bentrok

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Hazliansyah
Garis Polisi (ilustrasi)
Foto: stjosephpost.com
Garis Polisi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI -- Suasana pusat Kota Sukabumi, Kamis (14/6) siang mencekam. Pasalnya, sejumlah massa dari organisasi kemasyarakatan (ormas) dan organisasi pemuda terlibat bentrok.

 

Bentrokan bermula ketika rombongan ratusan massa dari ormas Islam yang menggunakan sepeda motor akan mendatangi Kantor Polres Sukabumi Kota. Kedatangan massa ke Polres untuk mendesak pengusutan kasus dugaan pelecehan terhadap seorang ustadz dalam kasus penagihan yang dilakukan seorang debt collector.

Tidak diketahui jelas penyebabnya, di tengah jalan, massa ormas Islam ini bentrok dengan massa ormas kepemudaan yang lokasi sekretariatnya berdekatan dengan Kantor Polres.

 

Aksi saling kejar-kejaran pun terjadi sehingga membuat jalanan macet. Akibatnya, akses jalan yang melewati kantor Polres Sukabumi Kota sempat ditutup. Beruntung, bentrokan tidak meluas setelah ratusan aparat Polres Sukabumi Kota turun mengamankan.

 

Massa ormas Islam diarahkan masuk ke dalam lingkungan Polres Sukabumi Kota. Sementara ormas kepemudaan diarahkan bertahan di lokasi sekretariat Lapangan Merdeka.

 

Di dalam Kantor Polres Sukabumi Kota, massa ormas Islam bertemu dengan Kapolres Sukabumi Kota, AKBP Witnu Urip Laksana, perwakilan anggota DPRD Kota Sukabumi, Dedi R Wijaya dan perwakilan Pemkot Sukabumi Hardi Harfan.

Perwakilan massa 16 ormas Islam Jabarudin mengatakan, aksi demo dilakukan karena ada laporan pelecehan terhadap ustad yaitu KH Asep Sirojudin. Massa ingin melakukan klarifikasi terkait tindakan debt collector yang mengambil kendaraan kreditan.

Jabar mengatakan, ormas Islam tidak berniat bentrok dengan ormas kepemudaan dan menganggap mereka sebagai mitra.

Menurutnya, peristiwa bentrokan yang terjadi merupakan masa lalu. Setelah pertemuan selesai, ratusan massa ormas Islam membubarkaan diri dengan tertib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement