Rabu 13 Jun 2012 17:54 WIB

FLP: 'Novel Porno' itu Sama Sekali tak Porno

Novel 'Tiada Hilang Sebuah Nama' dan 'Ada Duka di Wibeng' karya anggota FLP yang dituduh Novel Porno
Novel 'Tiada Hilang Sebuah Nama' dan 'Ada Duka di Wibeng' karya anggota FLP yang dituduh Novel Porno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Empat novel Ada Duka di Wibeng, Tidak Hilang Sebuah Nama, Syahid Samurai, dan Festival Syahadah yang diberitakan sebagai novel porno yang ditemukan di beberapa SD di Jawa Barat dikonfirmasi bukan novel porno.

Empat novel tersebut adalah tulisan anggota Forum Lingkar Pena (FLP). Menurut ketua FLP, Setiawati Intan Savitri ada distorsi dan penyesatan dalam pelabelan novel porno tersebut.

"Distorsi pertama adalah bukan pada isi tapi distribusi. Buku tersebut lolos penilaian Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Jadi secara konten tidak masalah, yang perlu diteliti adalah distribusi sehingga tiba di sekolah dasar," jelas Intan dalam siaran pers yang diterima ROL.

Selain itu, Intan juga mengkritik pemberitaan yang tak berimbang dan cenderung tendensius. "Hampir semua media tak melakukan check dan balance. Jurnalis menelan mentah-mentah narsumb yang kami sinyalir belum membaca buku tersebut secara menyeluruh," imbuhnya.

FLP menurutnya terdepan mengajak masyarakat dalam memerangi pornografi lewat karya-karyanya. "Jangan sampai ada fitnah dan pembunuhan karakter penulis. Banyak tontonan mengandung pornografi namun karya FLP yang mengajak pada kebaikan malah dituduh porno," ungkapnya.

Intan juga meminta masyarakat membaca secara keseluruhan novel yang dimaksud sebelum memutuskan dan menuduh sesuai pemberitaan yang tak berimbang. Selain itu dia mengharap pemerintah memperbaiki proses distribusi buku dari DAK.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement