Selasa 12 Jun 2012 17:53 WIB

Pernyataan SBY Sakiti Hati Rakyat Papua

Rep: M Akbar Wijaya/ Red: Dewi Mardiani
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: Rumgapres/H Abror Rizki
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta - Pernyataan SBY bahwa kekerasan di Papua berskala kecil dengan jumlah terbatas bisa menyakiti hati rakyat Papua. Sebagai pemimpin negara, tidak sepatutnya SBY melontarkan pernyataan demikian.

"Statement semacam itu menyakitkan kami" kata anggota Kaukus Papua, Agustina Basik-basik, Selasa (12/6) di Jakarta.

Menurut Agustina, korban nyawa akibat kekerasan di Papua tidak bisa dibanding-bandingkan dengan kekerasan yang terjadi di daerah lain, baik di Indonesia maupun luar Indonesia.

Dia menyatakan, dibandingkan jumlah penduduk Pulau Jawa, satu nyawa orang Papua melayang, sama artinya dengan 100 ribu nyawa penduduk Pulau Jawa. "Penduduk Papua sangat sedikit jadi jangan dibanding-bandingkan," ujarnya.

Pernyataan SBY, kata Agustina tidak mencerminkan keseriusan pemerintah menyelesaikan kasus kekerasan di Papua. Pascapernyataan SBY, Agustina ragu persoalan Papua akan menjadi prioritas penyelesaian. Kekerasan Papua akan terus berlangsung tanpa tahu kapan berakhir.

Selama ini, menurut Agustina, rakyat Papua banyak yang merasa tidak diperlakukan adil oleh pemerintah. Padahal keinginan rakyat Papua sangat sederhana. Seperti kebanyakan rakyat lain di Indonesia, rakyat Papua hanya ingin kebutuhan hidupnya terjamin.

"Rakyat hanya ingin minyak tersedia agar bisa menyalakan lampu. Rakyat hanya ingin air bersih. Rakyat hanya ingin ada guru dan petugas kesehatan di kampung-kampung. Tapi kenyataannya tidak ada. Padahal ini semua ada anggarannya," papar Agustina.

Agustina menengarai, kekerasan demi kekerasan yang terus berlangsung di Papua terjadi karena adanya pembiaran dari pemerintah. Dia bahkan berani mengatakan kekerasan di Papua sengaja dikondisikan. Hal ini menurut Agustina berangkat dari sejumlah kenyataan di lapangan.

Dia mencontohkan, bagaimana mungkin orang biasa atau OPM bisa menembak korbannya dengan tepat sasaran bila tak ada yang melatih? Dan darimana masuknya senjata ilegal yang digunakan OPM bila tidak mendapat izin dari otoritas bandara atau pelabuhan di Papua. "Senjata tidak mungkin masuk sendiri ke Papua. Pasti ada yang meloloskan," kata Agustina.

Agustina berharap SBY mengambil langkah serius dan nyata dalam menyelesaikan kasus di Papua. SBY harus segera menginstruksikan otoritas keamanan di Papua untuk menangkap para pelaku kekerasan. Selain itu, SBY juga harus mengusut berbagai korupsi yang terjadi di berbagai birokrasi di Papua, mulai dari tingkat provinsi sampai Kabupaten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement