REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat politik Boni Hargens menyarankan Partai NasDem harus selektif menjaring calon presiden dengan mempertimbangkan sistem regenerasi politik sehingga menampilkan wajah baru.
"Regenerasi politik adalah syarat bagi pembangunan politik. Wajah lama sudah saatnya disimpan dalam album. Tampilkan wajah baru," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens di Jakarta, Kamis (7/6).
Menurut dia, banyak tokoh muda dari internal NasDem bisa diusung jadi capres dan cawapres, antara lain Jeffrei Geovanie atau Harry Tanoe. "Keduanya brilian dan punya rekam jejak yang bagus," katanya.
Namun, kata Boni, kalaupun belum ada wajah baru yang mumpuni, Partai NasDem bisa mencari figur lama yang sekelas Jusuf Kalla, yang sampai saat ini masih memiliki kans politik yang besar.
Menurut Boni, selain di Partai NasDem, banyak juga capres muda di parpol lain, tetapi terpendam karena partainya tidak memberikan ruang, selain karena regenerasi politik tidak berjalan baik.
"Partai Golkar dan PDI Perjuangan bermasalah dalam hal ini. Demikian pula, Partai Demokrat dan PKS, keduanya punya banyak tokoh muda, tetapi kedua partai ini mengalami krisis kepercayaan publik terkait dengan skandal korupsi dan praktik politik yang kontroversial," bebernya.
Untuk menjaring capres yang representatif, menurut Boni, mekanisme konvensi adalah jalan yang paling ideal. "Saya beberapa kali mengusung ide 'primary election', seperti di Amerika Serikat (AS), agar menerapkannya di Indonesia. Partai-partai harus berani melakukan itu. Partai baru, seperti NasDem, perlu memelopori gerakan semacam ini karena NasDem masih baru dan relatif bersih," ungkapnya.