REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla mengatakan, ada stagnansi kreativitas dakwah. Setidaknya rata-rata ada 100 jenis khotbah di masjid. Sayangnya, kata JK, kontennya masih diulang-ulang.
Pemilik Masjid Al Markaz, Makassar ini pun mengusulkan adanya kurikulum dakwah agar memicu kemampuan mubaligh, agar topiknya lebih variatif. Kualifikasi penilaian dai maupun mubaligh juga didapatkan dari survei jamaah. Sehingga tarif para dai yang mengisi di sebuah masjid pun bisa berjenjang sesuai dengan kemampuan dakwahnya.
Cita-cita memakmurkan masjid dan jamaahnya juga menjadi impian mantan wakil presiden ini. Beserta tim Majelis Ekonomi Syariah DMI, JK kelak mengkonsep outlet masjid dengan beragam kegiatan ekonomi kreatif. Ia sengaja tidak memilih bentuk Baitul Maal Tanwil, namun menjalin kerjasama masjid dengan bank-bank syariah. Hal itu agar terbentuk jiwa wirausaha yang sistematis.
Aktivasi website DMI juga bakal digalakkan lagi agar terbentuk komunikasi antar masjid yang intens. Kegiatan DMI pun bisa dipantau pihak luar agar lebih meningkatkan jejaring. Anak muda pun dirangkul JK. Melalui kerja sama dengan berbagai korporat, dia berupaya memasukkan unsur hobi atau minat para muda dalam bentuk kompetisi. Sehingga, kader potensial muda itu mau bergerak di bidang kemasjidan.
"Naikkan amal kita untuk mengurus masjid. Tentu saja untuk mewujudkan kemakmurannya, meningkatkan peranan serta pengelolaan yang lebih baik untuk menciptakan kedamaian," cetus pria 70 tahun itu.