Ahad 03 Jun 2012 13:26 WIB

Prabowo, dari Militer ke Pengusaha

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Djibril Muhammad
Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto
Foto: Republika / Tahta Aidilla
Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Karir militer capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto, terbilang cemerlang. Dia mendaftarkan diri di Akademi Militer Magelang pada 1970. Lulus pada 1974. Pada 1976 Prabowo dipercaya sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) yang kini bernama Kopassus dan ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor Timur.

Pada Desember 1978, Kapten Prabowo memimpin pasukan Den 28 Kopassus yang ditugaskan untuk membunuh pendiri dan wakil ketua Fretilin, yang pada saat itu juga menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Timor Leste, Nicolau dos Reis Lobato. Lelaki itu tewas setelah tertembak di perut saat bertempur di lembah Mindelo, pada 31 Desember 1978.

Karena prestasi ini, Prabowo mendapatkan kenaikan pangkat. Pada 1996, Saat menjadi Komandan Kopassus, Prabowo Subianto memimpin operasi pembebasan sandera Mapenduma. Operasi ini berhasil menyelamatkan nyawa 10 dari 12 peneliti Ekspediti Lorentz '95 yang disekap Organisasi Papua Merdeka (OPM). Lima orang yang disandera adalah peneliti biologi asal Indonesia, sedangkan tujuh sandera lainnya adalah peneliti dari Inggris, Belanda dan Jerman.

Pada 26 April 1997, Tim Nasional Indonesia ke Puncak Everest berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak tertinggi dunia setelah mendaki melalui jalur selatan Nepal. Tim yang terdiri dari anggota Kopassus ini diprakarsai Prabowo Subianto yang ketika itu menjadi Danjen Kopassus.

Ekspedisi dimulai pada 12 Maret 1997 dari Phakding, Nepal. Keberhasilan ekspedisi ini menjadikan Indonesia negara pertama dari kawasan tropis, sekaligus juga negara di Asia Tenggara pertama yang mencatat sukses menggapai puncak Everest.

Setelah meninggalkan karier militernya, Prabowo memilih untuk mengikuti karier adiknya? menjadi pengusaha. Dimulai dengan membeli perusahaan pengelola pabrik kertas yang berlokasi di Mangkajang, Kalimantan Timur, Kiani Kertas. Sebelumnya, Kiani Kertas dimiliki Bob Hasan, pengusaha yang dekat dengan Presiden Suharto. Prabowo membeli Kiani Kertas dengan menggunakan pinjaman senilai Rp 1,8 triliun dari Bank Mandiri.

Selain mengelola Kiani Kertas, yang namanya diganti Prabowo menjadi Kertas Nusantara, kelompok perusahaan Nusantara Group yang dimiliki Prabowo juga menguasai 27 perusahaan di dalam dan luar negeri. Usaha-usaha yang dimiliki Prabowo bergerak di bidang perkebunan, tambang, kelapa sawit, dan batu bara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement