REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Badan Kerja Sama Pondok Pesantren dan Madrasah Indonesia (BKPPMI) Yogyakarta dan Jateng akan menggelar silaturahim dan rapat kerja di Pondok Pesantren Al Qodir Cangkringan Sleman, Minggu (3/6).
Salah satu misinya, BKPPMI berupaya agar pondok-pondok pesantren serta madrasah-madrasah yang selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah, bisa tetap mandiri melalui jaringan BKPPMI tersebut.
''Selama ini anggaran negara lebih banyak diarahkan ke sekolah-sekolah umum baik yang negeri maupun swasta. Sedang untuk pesantren dan madrasah, perhatian pemerintah sangat kurang,'' kata Sekjen BKPPMI, Ustad Zulfikar Fadhilah, Sabtu (2/6).
Kurangnya perhatian pemerintah ini, kata Zulfikar, salah satu contonya bis dilihat dari gaji guru di madrasah yang sangat kecil.
''Keprihatinan ini yang salah satunya kemudian membuat kami untuk bangkit dan bersatu guna memperbaiki keadaan pesantren dan madrasah,'' kata
Zulfikar.
Menurut dia, BKPPMI merupakan salah satu lembaga yang berusaha memperjuangkan kemandirian dan kesejahteraan pesantren serta madrasah di Indonesia. Caranya, kata dia, dengan terus meningkatkan kerja sama di kalangan pesantren dan madrasah di Indonesia.
BKPPMI, kata dia, juga berusaha terus mendorong kepada pemerintah baik di pusat maupun di daerah untuk lebih memperhatikan keadaan pesantren maupun madrasah yang ada.
Acara silaturahmi dan rapat kerja BKPPMI di Ponpes Al Qodir itu akan dihadiri sekitar 180 delegasi BKPPMI Jawa Tengah dan DIY, serta perwakilan dari BKPPMI Jawa Timur.
Sebelum acara rapat kerja dilakukan, digelar pula acara sarasehan Kemandirian Santri dan Pesantren Secara Sosial dan Ekonomi dengan narasumber Kepala Bidang Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Kanwil Departemen Agama DIY, Masruddin.
Pengasuh Ponpes Al Qodir, yang juga dewan penasihat BKPPMI Sleman, KH Masrur Ahmad MZ, menyatakan selama ini memang perhatian pemerintah terhadap perkembangan pesantren maupun madrasah masih sangat kurang. Perhatian pemerintah, kata dia, lebih menonjol kepada lembaga-lembaga pendidikan umum dan kejuruan.
''Kami berharap, perhatian pemerintah kepada pesantren maupun madrasah agar lebih baik lagi ke depannya,'' kata KH Masrur.
Jumlah pondok pesantren dan madrasah di Indonesia, kata Zulkifar, sampai lebih dari 40 ribu, baik yang mengelola pendidikan tingkat tingkat dasar yaitu madrasah ibtidaiyah, menengah yaitu madrasah tsanawiyah dan lanjutan atas yakni madrasah aliyah.
Untuk pesantrennya saja, kata dia, di seluruh Indonesia jumlahnya mencapai tidak kurang dari 22 ribu buah dengan jumlah santri tidak kurang dari 3,5 juta orang.