REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Program konversi BBG hingga kini seakan jalan di tempat. Harga premiun yang terlalu rendah dinilai sebagai hambatan utama.
Direktur Pengusahaan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Jobi Triananda Hasjim mengatakan, disparitas harga premium dan BBG terlalu kecil. Harga premium Rp 4.500 per liter saat ini membuat BBG yang harganya Rp 3.100 per liter jadi tidak mampu bersaing.
"Masyarakat jadi enggan beralih ke BBG karena premium masih murah," kata dia dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (2/6).
Ia menyatakan, dalam penyediaan BBG tidak ada masalah dari segi suplai. Yang menjadi masalah justru permintaan (demand) yang terlalu kecil. "Suplai dan demand-nya tidak berimbang," ujarnya.
Untuk menggalakkan konversi BBG, lanjut Jobi, pemerintah semestinya menyerahkan premium pada harga keekonomian. "Kalau harga BBM mahal pasti masyarakat dengan sendirinya akan beralih ke BBG," tandasnya.