REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Sekalipun konsumsi susu di Indonesia tergolong rendah, Indonesia belum bisa swasembada susu.
''Konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya lima tetes per orang per hari atau sekitar 11 liter per orang per tahun dan ini paling rendah dibandingkan konsumsi susu di negara ASEAN maupun Eropa. Sementara sekitar 70 persen bahan baku susu masih dari luar negeri terutama New Zeland,''kata Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan dalam sambutan Puncak Acara Peringatan Hari Susu Nusantara 2012, di Gedung Jogja Expo Centre, Sabtu (2/6).
Diakui Rusman, walaupun volume susu sapi perah di Indonesia cukup banyak tetapi sebagian besar susu terbuang percuma, karena industri susu tidak mau menerima susu petani sapi perah. Karena itu harus ada pencitraan besar agar produksi susu nasional bisa ada jaminan dikonsumsi dan konsumsi susu segar masyarakat Indonesia juga meningkat yakni dengan program susu di sekolah.
Untuk itu Kementerian Pertanian dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana melakukan kerjasama untuk meningkatkan konsumsi susu segar pada anak usia dini. Karena susu murni merupakan sumber protein yang bernutrisi tinggi. Sehingga anak yang minum susu segar, tubuh bugar dan otak pintar.
''Dengan demikian nantinya di sekolah ada program minum susu seperti halnya ketika saya masih SD tahun 1960-an ada program susu gratis di sekolah. Padahal waktu zaman dulu hidupnya susah, makan nasi saja harus dicampur bulgur, tetapi masih bisa mengonsumsi susu gratis,''kata Rusman. Di samping itu, dia menambahkan, di tingkat Posyandu juga perlu adanya pemberian susu sapi segar, karena susu penyumbang kecerdasan bangsa.
Rusman mengatakan untuk meningkatkan produksi susu, maka perlu peningkatan populasi sapi perah. Saat ini di seluruh Indonesia baru ada sekitar 600.000 sapi perah. Hal ini tentu saja belum memadai. Rencananya tahun ini pemerintah akan mengimpor sebanyak 2.300 sapi perah untuk meningkatkan produksi untuk merespon konsumsi susu dalam negeri.