REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah rekomendasikan pembuatan cluster industri jagung baru di wilayah Nusa Tenggara Barat. Hal ini dikarenakan, wilayah tersebut dinilai memiliki potensi.
"Saya mnta merekomendasikan membuat industri baru jagung di sana, karena potensinya besar," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Udhoro Kasih Anggoro, dalam seminar nasional meningkatkan produksi jagung di Jakarta, Kamis (31/5). Wilayah NTB selama ini sudah memiliki area cluster sebesar 30 ribu hektar namun, luas cluster tersebut kata Anggoro akan ditambah luasnya menjadi 15 ribu hektar.
Sebab, menurutnya NTB memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri jagung, dengan wilayahnya yang dekat dengan pasar dan dengan bahan baku, "Pembuatan industri jagung harus memenuhi kedua syarat tersebut," tambah Dirjen.
Penambahan luas cluster ini dilakukan Anggoro guna memenuhi kebutuhan Industri pakan ternak. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pakan jagung sebesar 7 juta ton.
Sementara, saat ini jelas Anggoro keberadaan industri ini berserakan di seluruh Indonesia, karena produksinya menyebar. Karena itu, katanya sekarang satu-satunya yang bakal ditentukan prioritasnya adalah menggarap semua potensi yang ada, terutama khusus makan ternak, sehingga usaha petani menjadi sederhana.
"Pokoknya petani untung, penjual juga untung," jelasnya. Untuk itu, NTB kata Anggoro kita upayakan slesaikan dengan tuntas, dengan diusulkan ditambahkan per cluster sebesar 500 hektare. Pemindahan industri di Bali karena sudah padat, "Awalnya kita kembangkan di Bali karena sudah padat, jadi dipindahkan ke NTB," ungkapnya.
Wilayah sentra produksi industri jagung terdapat di lima area seperti, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara itu, Pemerintah menargetkan impor jagung turun tahun 2012 ini hanya sebesar 1,5 juta ton. Hal ini merupakan setengah dari jumlah impor jagung tahun 2011 yang mencapai 3,144 juta ton.