REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, mengolah sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Klotok, Kecamatan Mojoroto, menjadi metanol bahan bakar gas pengganti elpiji bagi warga masyarakat sekitar.
"Pengolahan tersebut masih terbatas. Produksi gas dimanfaatkan 19 kepala keluarga (KK) di sekitar lokasi TPA," kata Kepala Dinas Tata Ruang Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri Nur Muhyar, di Kediri Kamis.
Ia mengemukakan potensi untuk pembuatan bahan bakar gas (BBG) jenis metanol itu sangat besar. Terutama, bahan sudah tersedia dan siap untuk diolah. Ke depan, ditargetkan produksi BBG itu bisa lebih baik, naik sampai 10 kali lipat daripada uji sekarang ini.
Nur menyebut, 19 KK pemanfaat gas metan tersebut meliputi sembilan KK dari RT 14/RW 03 Lingkungan Jarakan, Kelurahan Pojok, delapan KK dari RT 13/RW 03, dan sisanya pemilik warung di TPA.
Pihaknya mengungkapkan, pemanfaatan gas tersebut dilakukan setelah sebelumnya memasang pipa-pipa kecil dan sedang untuk mengambil gas. Pipa tersebut ditancapkan dengan kedalaman sekitar 3 meter. Setelah tertancap, gas yang terambil itu mengalir ke sistem pemisah gas di pipa terminal utama.
Pipa terminal utama tersebut terdiri dari tiga pipa yang menjulang ke atas dengan ketinggian sekitar 5 meter. Di pipa itu, dipisahkan antara metanol dengan air. Gas hasil pengambilan dialirkan ke pengguna, sementara air masuk ke tempat penampungan kecil. Gas yang sudah terpisah dari air tersebut selanjutnya masuk ke terminal utama yang terdiri dari "flaring gas", kompor BBM metan, "genset BBG metan" dan "blower".
Gas tersebut sudah bisa dimanfaatkan di antaranya untuk energi listrik dan panas.
Untuk kegiatan ini, Nur menyebut telah mengeluarkan dana sekitar Rp100 juta yang digunakan untuk pengadaan pipa-pipa instalansi. Rencananya, pemkot akan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk memperbesar hasil produksi gas metanol tersebut.
Ia berharap, adanya pembuatan gas metanol itu bisa bermanfaat untuk masyarakat luas. Masyarakat terutama di sekitar lokasi TPA bisa terbantu dengan adanya gas tersebut.
Tumijan, salah seorang pengguna gas metan asal RT 13 mengaku bisa menghemat pengeluaran. Jika sebelumnya selalu mengeluarkan uang untuk membeli elpiji, dengan adanya BBG baru itu sudah tidak membeli elpiji di toko lagi.
"Dulu saat masih menggunakan elpiji, sebulan bisa menghabiskan dua tabung ukuran 13 kilogram, tapi dengan adanya BBG metanol keperluan sehari-hari bisa tercukupi," ucap Tumijan.