REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus pembacokan dua anggota Barisan Ansor Serba Guna (Banser) oleh tersangka anggota salah satu perguruan silat di Tulungagung, Jawa Timur, kepada polisi.
"Saya minta kepada polisi untuk menangani kasus ini setuntas-tuntasnya," kata Ketua Umum PP GP Ansor Nusron Wahid di Jakarta, Selasa (29/5).
Nusron juga menginstruksikan agar semua kader Ansor dan Banser menahan diri dan tidak terprovokasi untuk melakukan tindakan balasan. "Saya intruksikan semua menahan diri. Semua harus tenang, jangan sampai terprovokasi dan main hakim sendiri," katanya.
Mantan Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu bahkan mengajak mewaspadai kemungkinan adanya upaya mengadu domba Ansor dengan kelompok lain dari pihak tertentu dalam kasus tersebut untuk merusak citra Ansor dan Banser dengan berharap Banser melakukan serangan balik.
"Yang diinginkan mereka, Ansor terpancing kemudian melakukan tindakan radikal, melakukan serangan balasan. Makanya, saya minta jangan sampai ada yang terpancing," tuturnya.
Nusron juga meminta semua pihak mewaspadai kemungkinan munculnya Banser gadungan yang melakukan serangan balik. "Waspadai juga munculnya Banser 'siluman'. Jadi kalau ada yang berbuat tidak baik atas nama Banser, itu bukan Banser," katanya.
Seperti diberitakan, pada Minggu (27/5), Mei di Kantor Ranting NU Desa Wonokromo, Kecamatan Gondang, Tulungagung, dua anggota Banser, Brilian Kusuma Adi (18) dan Moh Rizal Saputra (15), mengalami luka bacokan setelah diserang sekelompok pemuda beratribut salah satu perguruan silat.
Penyerang juga merobohkan dan menginjak-injak papan nama Kantor Ranting Nahdatul Ulama (NU) setempat.
Terkait peristiwa tersebut, anggota Ansor dan Banser langsung berkumpul di Kantor PCNU Tulungagung. Bukan hanya dari wilayah Tulungagung, namun juga perwakilan Banser dari Kediri, Madiun, Nganjuk, Trenggalek, dan Blitar.
sumber : Antara