REPUBLIKA.CO.ID, KEBON SIRIH -- Kepala Dinas Perindustrian dan Energi (Disperiner) DKI Jakarta, Andi Baso mengatakan matinya lampu penerangan jalan umum (PJU) di sejumlah wilayah ibu kota tidak semata-mata karena masalah teknis. Menurutnya, sebagian besar PJU juga mati akibat ulah iseng masyarakat.
Andi menjelaskan, sebagian besar kabel lampu PJU yang ada saat ini telah berada di bawah tanah. Akan tetapi, masih terdapat beberapa kabel lampu PJU yang berada di atas tanah. "Itu memudahkan pencurian karena kabel-kabel itu laku dijual," ujarnya dalam jumpa pers di Balai Kota, Senin (28/5).
Andi mengungkapkan, Disperiner telah mengupayakan agar seluruh kabel lampu PJU berada di bawah. Meski begitu, Andi juga meminta peran serta masyarakat untuk turut menjaga keberadaan lampu PJU tersebut. "Partisipasi masyarakat penting dalam hal ini," imbuhnya.
Disperiner DKI Jakarta berencana mengganti sejumlah lampu PJU di ibu kota dengan lampu LED (Light Emitting Diode). Hal tersebut disebabkan lampu ini menggunakan daya yang lebih sedikit dibandingkan lampu biasa.
Jumlah lampu PJU di seluruh wilayah ibu kota saat ini, lanjut Andi, tercatat sebanyak 222.348 buah dengan kebutuhan listrik sebesar 45 hingga 50 MW per hari. Kondisi DKI Jakarta yang belum memiliki pembangkit listrik sendiri, membuat langkah ini harus diambil. "Masih menunggu persetujuan DPRD DKI Jakarta," ungkapnya.
Andi menambahkan, setelah dilakukan survei oleh Disperiner, idealnya ibu kota memiliki 362.000 lampu PJU. Dengan asumsi harga setiap lampu LED sebesar Rp. 30 juta, maka anggaran yang dibutuhkan kurang lebih Rp. 10 trilun. "Itu baru lampu saja. Belum termasuk maintenance dan lain-lain," katanya.