Jumat 25 May 2012 15:17 WIB

Masih Buntu, Pembicaraan Nuklir Iran Dilanjutkan ke Moskow

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Fasilitas nuklir Iran
Foto: telegraph.co.uk
Fasilitas nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD - Pembicaraan nuklir Iran dan enam negara selama dua hari terakhir di Baghdad belum mencapai kemajuan yang nyata hingga Jumat (25/5). Pembicaraan pun akan dilanjutkan di Moskow pada 18-19 Juni dan akan membahas isu-isu penting.

Dorongan diplomatik terbaru antara Iran dan P5+1 (AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis dan Jerman) sampai saat ini terbentur jalan buntu. 

"Jelas ada beberapa kesamaan. Kami tetap bertekad menyelesaikan masalah ini dalam waktu dekat melalui negosiasi dan akan terus melakukan segala upaya," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton.

Dia menambahkan masih ada perbedaan signifikan. Iran harus mengambil langkah-langkah konkret dan praktis agar segera mengatasi kekhawatiran masyarakat internasional. Pertentangan utama dalam pembicaraan nuklir adalah adanya kelonggaran sanksi bagi Iran.

P5+1 ingin agar Iran menghentikan pengayaan uranium hingga 20 persen. Pilihan tersebut membuka kemungkinan AS membiarkan laboratorium pengayaan Iran tetap beroperasi. Kelompok tersebut yakin Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. 

"Hasil dari pembicaraan adalah bahwa kami bisa mengetahui lebih dalam pandangan satu sama lain," kata  ketua perunding Iran, Saeed Jalili dalam konferensi pers setelah Ashton meninggalkan konferensi pers.

Kelompok tersebut juga menawarkan berbagai kemudahan bagi Iran, termasuk plat bahan bakar reaktor yang dapat memproduksi isotop medis, melonggarkan pembatasan suku cadang pesawat dan bantuan keselamatan nuklir.

Pejabat senior AS yang tidak mau disebut namanya mengatakan masih prematur untuk menerima penawaran tersebut. Ia mengatakan, masih ada diskusi panjang sebelum langkah pertama diambil.

Iran terancam embargo minyak Uni Eropa yang akan berlaku penuh mulai 1 Juli. Kapal tanker minyak mentah milik perusahaan Uni Eropa juga dilarang beroperasi terhadap semua pembeli utama minyak Iran, seperti India, Korea Selatan dan Jepang.

Israel merasa akan menjadi sasaran utama jika Iran benar mengembangkan senjata nuklir. Israel skeptis bahwa diplomasi akan bekerja. AS menolak mengesampingkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran untuk mencegahnya mengembangkan kemampuan senjata.

Dampak pembicaraan Baghdad yang alot mempengaruhhi harga minyak. Harga minyak naik menjadi 92 dolar perbarel pada Kamis (24/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement