REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR—PT. Kereta Api Indonesia (KAI) telah menerima kedatangan 30 unit kereta eks Jepang, yang akan digunakan sebagai kereta Commuter Line Jabodetabek. April lalu, seperti yang sempat dilansir banyak media, KAI sudah menerima 20 unit dari total kereta yang ditargetkan sebanyak 160 unit di tahun ini.
Kepala Humas (Ka Humas) PT. KAI Daerah Operasional (Daops) I pun, Mateta R, menjawab. “30 unit sudah datang,” tutur Mateta kepada Republika, Rabu (23/5). Kedatangan 160 unit kereta dari negeri sakura ini, ungkap Mateta, adalah guna memperbaiki dan meningkatkan pelayanan pengguna (penumpang) KA.
Menurut Mateta, memang seharusnya, seluruh unit KA jabodetabek kelas ekonomi layak diganti. Sebab kondisi dan usia KA kelas (ekonomi) ini, sudah berumur usang dan butuh perawatan lebih. Peningkatan pelayanan yang dimaksud, merupakan salah satu tujuan KAI agar nantinya mampu mengangkut penumpang sebanyak 1,2 juta orang.
Total keberangkatan kereta se-jabodetabek saat ini sebanyak 531 kali dalam sehari dan akan ditambahkan lagi jumlah keberangkatannya. “Maunya (target) ini tiga kali lipat,” kata Mateta. Namun, sepertinya masih ada yang menjadi kendala dengan penambahan jumlah unit transportasi kuda besi dan jumlah keberangkatannya ini. Yaitu menjadi semakin seringnya kereta –KRL– melintasi palang pintu perlintasan KA, yang berada di jalan-jalan raya.
“Jadi nanti headwaynya (KRL melintas) per tiga menit,” ungkap Mateta. Oleh karena itu, hal ini yang masih harus dibenahkan, sebab nantinya jalan-jalan yang bersinggungan dengan palang perlintasan menjadi macet. Maka di setiap jalan-jalan raya, dimana kereta melintas, harus dibuat berlapis. “Entah itu flyover atau underpass,” imbuhnya.
Hal lainnya yang masih menjadi rencana KAI untuk line jabodetabek, ialah penambahan jumlah stasiun. Saat ini jumlah stasiun yang ada di wilayah Daops I, sebanyak 72 dan 26 di antaranya terbentang dari Stasiun Jakarta Kota sampai Bogor. Mateta menuturkan akan ada pencanangan pembangunan lima stasiun lagi. Di antaranya di daerah Roxy, Tomang, Matraman, Kebon Pedes, dan Bandengan.
Selain itu, ingin dioptimalkannya sterilisasi stasiun serta menambahkan panjang peron. Sebab, jika panjang peron ditambah maka secara otomatis daya angkut penumpang pun bertambah karena seluruh penumpang dapat terakomodasi saat menunggu kereta datang.