Senin 21 May 2012 06:09 WIB

Mengenang Korban Sukhoi, Alumni ITB Ikuti Lari 10-K

Petugas SAR dan TNI mengevakuasi jenazah korban Sukhoi ke helikopter di Helipad Lapangan Pasir Pogor, Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Selasa (15/5).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Petugas SAR dan TNI mengevakuasi jenazah korban Sukhoi ke helikopter di Helipad Lapangan Pasir Pogor, Cipelang, Cijeruk, Kabupaten Bogor, Selasa (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Puluhan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) ikut pada perlombaan Lari 10-K Monumen Nasional-Senayan, Minggu, guna mengenang Kornel Sihombing alias Onyek yang menjadi salah satu korban musibah kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100.

"Keikutsertaan ini dalam rangka menghormati Onyek yang memiliki dedikasi tinggi memajukan dunia dirgantara Indonesia," kata salah satu rekan Onyek, Sahat yang tercatat sebagai alumni ITB Angkatan 1983.

Sahat mengatakan Kornel Sihombing merupakan alumni ITB yang berkomitmen tetap berkarya di PT Dirgantara Indonesia (PTDI), meski perusahaan yang dulu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) tersebut dalam kondisi krisis.

"Tawaran posisi dari produsen pesawat terbang kelas dunia ditampiknya dengan tegas, karena Onyek memilih setia mengusung Merah-Putih dan Garuda Pancasila dalam segenap karya baktinya," ujar Sahat.

Kornel Sihombing mengemban jabatan sebagai Kepala Divisi Integrasi Bisnis pada Direktorat Aerostructure PTDI yang ahli menegosiasi kerjasama dengan pihak luar negeri.

Sahat mengungkapkan beberapa kalangan menyebut Kornel sebagai "pahlawan" perindustrian dirgantara nasional atau PTDI saat krisis.

Contohnya, Kornel berperan dalam kontrak kerja sama antara PTDI dengan Airbus untuk memproduksi "inboard outboard fixed leading edge", kerja sama dengan Eurocopter memproduksi "fuslage dan tail boom" dan EADS Casa (Spanyol), Bombardier (Jepang), Korean Air Line (Korea Selatan), CTRM (Malaysia), serta SMEA (Malaysia).

Kornel bergabung dengan IPTN sejak 1992 dengan tekad mengembangkan dan memajukan IPTN dalam dunia dirgantara. Berkat kesederhanaan dan semangat, Kornel awalnya dipercaya sebagai kepala biro setelah bekerja setahun di IPTN.

Mahasiswa lulusan Teknik Mesin ITB Angkatan 1983 itu, sempat mendapatkan pelatihan di Amerika Serikat, kemudian menduduki kepala bidang saat memasuki masa kerja tiga tahun.

Pada tahun 1997, Kornel mendapatkan beasiswa sekolah dari IPTN, karena memiliki kemampuan dan potensi dalam mengembangkan ilmunya. Melalui beasiswa itu, Kornel menuntut ilmu di perguruan tinggi terbaik di Belanda, yakni Technische Universiteit Delft dan mengambil jurusan teknik (bidang material sains).

Usai meraih gelar master, ayah dua anak ini mengabdi di lingkungan aerostructure PTDI. Kornel melalangbuana sebagai pejabat PTDI, namun musibah tidak bisa dicegah, Kornel meninggal dunia saat mengikuti terbang ujicoba pesawat buatan Rusia, Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Sukabumi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Kornel meninggal dunia bersama 44 orang lainnya yang ikut ujicoba penerbangan pesawat canggih tersebut.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement