Jumat 18 May 2012 17:08 WIB

Pohon Kina Nyaris Punah

Rep: Muhammad Ghufron/ Red: Dewi Mardiani
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).
Foto: AP
Nyamuk adalah salah satu penyebar penyakit malaria (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Selain perkebunan stroberi, Kabupaten Bandung dikenal sebagai wilayah penghasil tanaman kina. Tanaman penawar malaria itu pun diklaim menjadi ikon wilayah setempat, karena produksinya tersebar di seluruh dunia. Kini, tanaman tersebut dikabarkan nyaris punah, dan keberadaannya menjadi ikon pun dipersoalkan.

"Kondisinya sangat memprihatinkan," kata Pendiri Promotor Aksi Pemberdayaan Masyarakat Tani (Proksidatani) Kabupaten Bandung, Saeful Bahri, Jumat (18/5). Tanaman yang menjadi ikon di lambang pemerintahan daerah pun akan diganti. Sebab, lanjut dia, produksi dan pengelolaannya sudah tak optimal lagi.

Saeful menyebutkan, area perkebunan kina di Kabupaten Bandung kini terpangkas 76 persen. Kondisi itu secara berangsur menurun sekitar 20 tahun belakangan. Sebelumnya, perkebunan kina di wilayah tersebut seluas 1.397 hektare. Namun saat ini hanya tersisa sekitar 339 hektare.

Menurut dia, masyoritas area perkebunan itu masih dikelola dan milik PT Perkebunan Nusantara, yang berada di wilayah Kecamatan Kertasari. Sementara 25 hektare diantaranya merupakan perkebunan kina milik rakyat. "Hanya sebagian kecil masyarakat yang peduli," ujar Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Bandung itu.

Namun sayangnya, kata dia, penurunan produksi tanaman ini tidak diperhatikan pemerintah. Minimal untuk melakukan penataan ulang perkebunan atau revitalisasi. Upaya itu, menurut Saeful, juga bisa dengan sosialisasi terhadap masyarakat. Maupun pemahaman tentang produksi dan kegunaan tanaman tersebut kepada petani.

Selain karena produksi dan kegunaan, Saeful menjelaskan tanaman kina merupakan bagian sejarah dari Kabupaten Bandung. Sebab hingga masuk ke abad 20 lalu, dataran tinggi di wilayah tersebut dikenal sebagai salah satu penghasil kina terbesar di dunia. Namun sayang, sambung dia, kondisi saat ini menjadi sebaliknya. "Tanaman ini mulai tidak bermasyarakat di kalangan petani," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement