Oleh: Abdullah Sammy
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Malam pekat menutupi jarak pandang di kaki Gunung Salak yang pada Rabu (9/5) menjadi lokasi nahas jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100. Di sudut Desa Cipelang yang tertutup gelap, seberkas cahaya muncul dari kejauhan. Semakin lama cahaya itu mendekat menuju jembatan desa, tempat yang menjadi posko tim Republika yang meliput kecelakaan Sukhoi.
Bersama sinar cahaya, deru mesin mulai membahana. "Hummmmmm," bunyi semakin keras. "Auman," mesin akhirnya mengantarkan kendaraan operasional Kopasus, melintasi jembatan Cipelang.
Mobil operasional Kopassus berjenis Isuzu Ozet pick up berplat militer TNI Angkatan Darat nomor 9842/02 melangkah semakin cepat menuju posko utama Balai Embrio Cipelang. Di belakang mobil memuat belasan anggota berbaret merah yang baru saja menjejaki setiap jengkal jurang Gunung Salak, lokasi yang meluluh lantakkan Sukhoi canggih buatan Rusia.
Lampu dim diarahkan sopir kendaraan Kopasus kepada tim Republika telah menunggu di jembatan desa. Lima menit sebelum pertemuan di Jembatan Cipelang, Republika telah menjalin kontak dengan Kepala Pusat Penerangan Kopassus, Letkol Infantri, Taufik Shobri.
"Izin komandan, di mana kita bisa bertemu dengan rombongan tim evakuasi dari Kopassus?" tanya kami kepada sang letnan kolonel.
"Kami sekarang sedang meluncur menuju Posko Kandang Sapi. Kita bisa bertemu di tengah jalan," jawab Shobri.
Akhirnya jembatan desa yang secara kebetulan menjadi 'markas' tim Republika, jadi pilihan lokasi pertemuan dengan tim evakuasi dari Koppasus. Di tengah kontak kami terselip informasi, tim di bawah pimpinan Letkol Shobri ini membawa sebuah penemuan penting dari lokasi kecelakaan Sukhoi.
Seorang anggota menunjuk ke arah mobil Republika yang terparkir di jembatan desa. Pria dengan pakaian militer lengkap itu berdiri di atas mobil pick up sembari berteriak, "Ayo!!" Dua mobil kopasus dan sebuah kendaraan operasi Republika pun jadi satu-satunya kendaraan besi yang melintasi kaki Gunung Salak, Selasa (15/5) malam sekitar pukul 19.00 WIB.
Kami bergegas mengikuti laju dua kendaraan Kopassus yang berjalan dengan kecepatan sekitar 30 kilometer perjam. Kami dan dua kendaraan Kopassus mulai menapaki jalur curam menuju posko utama yang terletak di punggung Gunung Salak.
Beruntung, terangnya lampu kendaraan Kopassus membantu tim Republika menapaki jalur menanjak sepanjang lima kilometer. Di depan mobil Republika, pria-pria berbaret merah masih terduduk sigap dengan muatan ransel hijau.
Setelah naik turun jalur Gunung Salak via kendaraan roda empat, kendaraan Kopassus yang jadi pemimpin rombongan berhenti di gerbang utama posko Cipelang. Pun halnya dengan mobil Republika yang berada di baris akhir rombongan, kontan menepi.
Segera, kami menemui letkol Shobri. "Apa kabar?" tegur pria yang dengan pangkat tertinggi di rombongan Kopassus itu kepada Republika.
"Baik pak. Jadi gimana nih penemuannya pak? Jadi benar yang ditemuka itu black box."
"Sabar-sabar, kita tunggu KNKT dulu. Karena yang berwenang menentukan benda hasil temuan itu black box atau bukan mereka, bukan kami," terang Shobri.
Di tengah perbincangan kami dengan sang letkol, para anggota kopasus langsung menuruni muatan dari mobil pick up. Seorang anggota kopasus dengan tubuh yang relatif besar dibandingkan 19 anggota kopasus lain, tampak menopang sebuah ransel hijau yang tertutup rapat.
"Ini pak black box-nya?" tanya kami kepada salah satu anggota. Pertanyaan ini langsung direspon anggota lain. "Sssstt..." reaksi salah satu anggota Kopasus dengan teluntuk yang menempel di bibir.
Letkol Shobri yang sempat masuk ke sebuah ruangan penyimpanan ransel di posko Cipelang kemudian memberi penjelasan. "Kalau sudah pasti baru nanti kita bicara. Sampai pagi, juga saya layani pertanyaan kamu," candanya.
Setelah menunggu sekitar 30 menit, datang dua orang asal Rusia ke lokasi penyimpanan barang. Namun tidak ada keterangan yang diberi oleh dua Rusia itu. Hanya beberapa menit di lokasi, keduanya kemudian meninggalkan Posko dan kembali di kaki gunung.
Di tengah penantian jelang pengumuman mengenai identitas benda yang diduga black box itu, Shobri memberikan keterangan soal identitas lima anak buahnya yang menemukan benda yang tersimpan rapat di ransel. Mereka adalah grup kecil beranggotakan lima orang yang dikepalai Lettu Taufik Akbar. Selain Taufik, terdapat pula anggota Koppasus yang dari raut wajah masih terlihat muda, yakni Lettu Inchas Yunus, Prada Hairil, Sertu Diding, dan Serda Ahmad Baso.
Dari kejauhan, Lettu Taufik Akbar yang jadi kepala regu, tampak berdiri tegap nyaris tanpa ekspresi. Dirinya enggan bersuara banyak ketika ditanya soal proses penemuan 'kotak misterius'. Lettu Taufik tetap berdiri tegap dengan sepatu yang dipenuhi bercak lumpur dari lokasi kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Gunung Salak.
Malam makin beranjak larut melewati pukul 22.00 WIB, namun PDL Lettu Taufik masih kokoh berdiri di posko yang terletak di punggung Gunung Salak, bersama 19 pasang kaki anggota Kopasus lain. Padahal, hari itu telah belasan jam Taufik berdiri tergantung tali di atas jurang demi misi evakuasi Shukoi.
Taufik akhirnya mulai membuka suara kepada sejumlah wartawan yang makin malam, semakin memadati lokasi. "Penemuannya sekitar pukul 10.00 WIB pagi. Ditemukan sekitar kedalaman 200 meter dari tebing," ujarnya menjelaskan.
Apa yang membuat Taufik yakin benda itu black box? Dia menjawab dengan lugas, "Sebelumnya kami sudah diperlihatkan foto black box Sukhoi dan benda yang ditemukan itu menyerupai foto yang pernah ditunjukan kepada kami," akunya.
Dan benar saja dugaan Taufik dan tim Koppasus malam itu. Benda yang tersimpan rapat di ransel sepanjang perjalanan mobil menuju posko adalah black box. "Tim Ahli dari KNKT sudah memastikan bahwa benda itu adalah black box pesawat Sukhoi. Tadinya berwarna oranye tapi karena hangus jadi berwarna hitam," terang Dendrem Surya Kencana 061, Kolonel AM Putranto yang didampingi investigator KNKT, Kapten Khairudin, memastikan isi temuan Kopasus.
Sontak satu per satu jabatan tangan diarahkan ke seluruh anggota berbaret Merah. Pun halnya Republika yang langsung bercengkrama dengan para anggota Kopassus yang sukses menemukan kepingan terpenting dari meterial Sukhoi. "Mantab komandan perjuangannya! Selamat!" ungkap kami yang direspon oleh acungan jempol dari Ahmad Baso, salah satu anggota penemu black box.
Mengakhiri proses panjang pencarian selama enam hari, puluhan anggota Kopasus pun berkumpul di tengah lapangan. Tubuh mereka rekat satu sama lain. Kedekatan fisik dan hati selama proses evakuasi kemudian diakhiri dengan pekikan keras dari seluruh anggota berbaret merah; "Salam Komando!!!!" teriak anggota Kopasus yang dipimpin oleh Letkol Taufik Shobri.
Tim Liputan Republika Kecelakaan Sukhoi Gunung Salak:
Rusdy Nurdiansyah
Abdullah Sammy
Bambang Noroyono
Adi Wicaksono
Fotografer: Aditya Pradana Putra