Kamis 17 May 2012 19:16 WIB

Nama Korban Sukhoi Diabadikan dalam Batu Prasasti

Rep: Asep Wijaya/ Red: Karta Raharja Ucu
Keluarga Korban Berdoa untuk korban Sukhoi Superjet 100
Foto: Republika/Prayogi
Keluarga Korban Berdoa untuk korban Sukhoi Superjet 100

REPUBLIKA.CO.ID, PUNCAK MANIK -- Lebih dari 40 korban musibah pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100), akan dikenang dalam sebuah batu prasasti. Ukiran nama mereka ini rencananya diletakkan di dekat sebuah makam tua atas nama almarhum Rd KH Moh Hasan Bin RKH Bahyudin Braja Kusumah, yang dikenal sebagai Embah Gunung Salak.

Makam yang dikeramatkan warga sekitar Gunung Salak dan para peziarah kubur tersebut, berada di Puncak Manik pada ketinggian lebih 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tepatnya di bibir jurang Batu Sampit, lokasi jatuhnya pesawat SSJ 100 kebanggan Rusia, pada Rabu (9/5) pekan lalu.

Gagasan membuat batu prasasti bagi korban Sukhoi itu datang dari Dahlan Sudarlan, kepala Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Kades yang bersama warganya ikut aktif menjadi relawan tim SAR ini, sebelumnya ditemui Kuncen Gunung Salak, Embah Idim Dimyati, yang melaporkan soal kerusakan bangunan makam Embah Gunung Salak, akibat operasi evakuasi korban Sukhoi.

"Basarnas melalui Mayor Budi yang memimpin evakuasi korban di Puncak Manik, siap memperbaiki kerusakan makam itu. Lalu saya berpikir untuk membuat batu prasasti nama-nama korban Sukhoi," kata Dahlan kepada Republika, Kamis (17/5).

Ia berharap, batu prasasti korban Sukhoi bisa segera dibuat agar dapat dibawa helikopter yang sedang mengevakuasi kantung jenazah dari Puncak Manik. "Seperti yang Anda rasakan beratnya medan menuju Puncak Manik, jangankan memanggul batu, membawa badan sendiri saja jadi tantangan berat, karena jalannya sangat terjal dan curam," kata Dahlan.

Saat naik ke Puncak Manik pada Selasa (15/5) lalu, Republika menyaksikan posisi makam Embah Gunung Salak kini berada tepat di samping helipad yang dibuat untuk kepentingan evakuasi korban Sukhoi. Sebagian keramik yang melapisi makam tua itu seperti baru terkelupas.

"Malah, tadinya makam tersebut ada atapnya, namun rubuh di tengah operasi evakuasi ini," ungkap Dahlan.

Tim SAR kemudian memagari makam Embah Gunung Salak dengan seutas tali tambang warna kuning agar tidak ada orang yang melintas di atasnya. Upaya tersebbut juga untuk menghindari kerusakan yang lebih parah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement