REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tiga ledakan bom yang terjadi di Masohi, pada Kamis (17/5) pagi di Kabupaten Maluku Tengah, dipastikan pihak kepolisian terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) putaran kedua di wilayah tersebut.
Kepastian itu disampaikan Kabid Humas Polda Maluku, AKBP Johanes Huwae. "Ledakan itu adalah bentuk provokasi terkait pilkada putaran kedua di Maluku Tengah," ujar Huwae, Kamis (17/5). Lebih lanjut ia mengatakan lokasi ledakan berada di tiga lokasi berbeda namun berdekatan.
Pada bom pertama, jelas Huwae, terjadi pada Kamis pukul 03.30 WIT pagi di dekat dengan kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku Tengah. Beberapa menit kemudian bom kedua meledak tidak jauh dari Pendopo Bupati Maluku Tengah.
Dan berselang beberapa menit kemudian bom susulan terjadi tidak jauh dari kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Maluku Tengah. Huwae memastikan tidak ada korban jiwa dalam ledakan ini, dan ledakan masuk dalam kategori bom rakitan low explosive. Polisi sudah memeriksa beberapa orang termasuk empat orang saksi untuk dimintai keterangan.
Huwae mengungkapkan, keputusan KPU Provinsi telah memajukan Pilkada putaran kedua menjadi 23 Mei dari yang sebelumnya 30 Mei. Pemajuan jadwal Pilkada oleh KPU provinsi ini, menurut Huwae, karena berkaitan dengan pelaksanaan MTQ di Kota Ambon yang berdekatan, pada 8 Juni mendatang.
Karena itu, jelas Huwae, ada yang tidak senang dengan pemajuan jadwal Pilkada ini dan tetap meminta sesuai dengan jadwal semula. Menurut Huwae, sekelompok orang yang tidak senang itu dari pasangan INA-AMA yang diusung oleh Partai Demokrat, Hanura, PAN dan PPP.
Mereka dianggap tidak menerima keputusan pemajuan jadwal ini. "Sehingga sempat sedikit mengganggu keamanan di Maluku Tengah," ujarnya.