Senin 20 Jun 2022 17:59 WIB

Sambut Laskar Rempah, Raja Banda: Jagalah Negeri Banda

Muhibah Budaya Jalur Rempah tiba di Banda Neira Maluku Tengah

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nashih Nashrullah
KRI Dewaruci yang membawa peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah melintas di Selat Madura usai diberangkatkan dari Koarmada II, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (1/6/2022). Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah yang diselenggarakan Kemendikbudristek bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut, Pemerintah Daerah serta berbagai komunitas budaya itu bertujuan agar generasi muda mengenal narasi sejarah peradaban rempah, yang telah melahirkan keragaman budaya bangsa Indonesia.
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
KRI Dewaruci yang membawa peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah melintas di Selat Madura usai diberangkatkan dari Koarmada II, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (1/6/2022). Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah yang diselenggarakan Kemendikbudristek bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut, Pemerintah Daerah serta berbagai komunitas budaya itu bertujuan agar generasi muda mengenal narasi sejarah peradaban rempah, yang telah melahirkan keragaman budaya bangsa Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perjalanan mengarungi laut para Laskar Rempah dari 34 Provinsi dalam rangka Muhibah Budaya Jalur Rempah akhirnya tiba di titik kelima, yakni di Banda Neira, Maluku Tengah, Ahad (19/6/2022) lalu. Kedatangan para Laskar Rempah dengan KRI Dewaruci disambut langsung oleh Raja Banda, Ely Basar Alimudin Latar. 

Ely mengungkapkan, Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 merupakan momentum tepat yang mempertemukan generasi asli Banda dengan tanah leluhurnya juga masyarakat Banda Kepulauan saat ini. Raja Banda menyampaikan, kehadiran Laskar Rempah adalah untuk membangun silaturahim. 

Baca Juga

"Hanya satu pesan yang kami sampaikan, jagalah negeri Banda untuk kepentingan Indonesia," ujar Ely dalam siaran pers, Senin (20/6/2022).

Muhibah Budaya Jalur Rempah merupakan program yang digagas Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk membangun kesadaran masyarakat tentang kekayaan rempah di Indonesia yang sudah ada sejak masa prakolonial dan persebaran rempah nusantara sejak dulu menghubungkan peradaban baik di nusantara dan dunia. 

Kemendikbudristek sedang menyusun nominasi Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Usulan ini akan disampaikan ke UNESCO pada 2024. 

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menuturkan Muhibah Budaya itu diikuti oleh pemuda terpilih dari 34 Provinsi dan di setiap titik singgah melakukan interaksi dengan masyarakat. 

Hilmar mengungkapkan, rempah yang ada di Indonesia tidak hanya sekadar keunikan flora, tetapi juga penghubung terciptanya peradaban kebudayaan di setiap daerah di Indonesia. 

Dia menerangkan, lahir pertemuan antarbudaya di Indonesia disebabkan proses distribusi rempah dari satu daerah ke daerah lainnya sehingga bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya dan besar.

"Bukan hanya oleh pedagang bangsa sendiri, namun juga dari bangsa lain. Rempah menjadi medium pertukaran budaya yang sepantasnya terus kita biasakan dan lestarikan," ujar Hilmar. 

Menurut dia, kekayaan rempah nusantara bukan sekadar komoditas, namun berpengaruh besar dalam membangun peradaban nusantara. Para pemuda peserta Muhibah Nidaua Jalur Rempah diharapkan meneruskan pesan tersebut kepada seluruh pemuda di Indonesia. 

Kesadaran mencintai dan merawat keberagaman di Indonesia diharapkan tumbuh dari program yang diikuti 147 Laskar Rempah dan ribuan masyarakat di titik persinggahan itu. 

"Dalam momentum Muhibah Budaya Jalur Rempah kami mengundang dan memfasilitasi kunjungan Basaudara Wandan yang dipimpin Rajanya Bashar Alimuddin Latar yang telah tiba di Banda Naira pada 16 Juni 2022," ujar Hilmar. 

Basudara Wandan adalah anak cucu keturunan Banda yang sekarang menetap di Kepulauan Kei yang disebut Banda Ely dan Banda Elat, yang ketika itu terusir dan selamat dari pembantaian VOC Tahun 1621 karena menolak usaha monopoli perdagangan pala dan fuli atau rempah-rempah di Kepulauan Banda. 

"Ini adalah kunjungan bersejarah, untuk pertama kalinya warga Banda Ely menginjak tanah Banda setelah 400 tahun harus meninggalkan Banda karena menolak untuk dijajah," jelas Hilmar. 

Muhibah Budaya Jalur Rempah dilepas keberangkatannya dari Surabaya pada 1 Juni lalu bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, oleh Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, dan Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Madya Ahmadi Heri Purwono. Laskar Rempah telah melintasi rute Surabaya, Makassar, Bau-Bau-Buton, Ternate-Tidore, dan Banda, yang akan dilanjutkan dengan rute Kupang, lalu kembali lagi ke Surabaya.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement