Ahad 13 May 2012 20:07 WIB

Pengamat Penerbangan: Frekuensi di Indonesia Ganggu Pilot

Rep: Fernan Rahadi/ Red: Hafidz Muftisany
Pesawat komersil Sukhoi Super Jet 100.
Foto: Reuters
Pesawat komersil Sukhoi Super Jet 100.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Pengamat penerbangan, Alvin Lie, mengatakan sistem komunikasi udara di Indonesia memang sering bocor. Meskipun sejauh ini belum pernah menyebabkan kecelakaan, hal tersebut memang cukup mengganggu pilot.

"Sejauh ini belum ada bukti gangguan frekuensi menyebabkan kecelakaan pesawat, akan tetapi hal itu memang mengganggu operasional," kata Alvin kepada Republika. Apalagi sistem komunikasi udara di Indonesia, antara pilot dengan tower, sampai saat ini masih mengandalkan komunikasi lisan. 

Alvin menyebutkan gangguan frekuensi tersebut di antaranya disebabkan karena adanya pemancar-pemancar tanpa izin dan antena-antena pemancar radio dan televisi yang bocor. Pemerintah, kata dia, harus menertibkan hal tersebut.

"Kalau tahun 80-an dulu pemancar gelar itu dirazia, ditarik, dan dikenai sanksi. Saat ini sebaiknya pemerintah juga berupaya secara khusus mencari pemancar-pemancar gelap tersebut," kata Alvin.

Alvin tak mau berspekulasi terkait penyebab Sukhoi jatuh di Gunung Salak. Namun ditanya apakah karena terjadi miskomunikasi terkait bahasa hal tersebut disebutnya mengada-ada. "Biarlah nanti ditentukan hasil investigasi. Jangan men-judge. Namaun kalau ada yang bilang soal bahasa, itu terlalu mengada-ada," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement