Jumat 11 May 2012 21:40 WIB

Posko SAR Sukhoi Jadi Ladang Rezeki Warga

 Tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan masyarakat menyusuri hutan untuk mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jum'at (11/5).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, dan masyarakat menyusuri hutan untuk mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jum'at (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR---Peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 di wilayah Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dimanfaatkan sejumlah warga setempat untuk mengais rezeki.

Ipin (22 tahun) dan Dite (23) dua pemuda warga Kampung Cihiedeng, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, berinisiatif menjual minuman hangat dan gorengan di lokasi posko pengendali operasi evakuasi pesawat Sukhoi Super Jet 100 di Balai Embrio Ternak (BET) yang berada di Kampung Pasirpogor. "Sudah sejak kemarin Kamis (10/5) kita berjualan, Alhamdulillah banyak yang beli," kata Ipin.

Ipin menyebutkan, mereka berdua sudah biasa berjualan dengan memanfaatkan momen tertentu yang terjadi di daerahnya seperti pertandingan bola dan acara yang melibatkan masyarakat banyak.

Sebelum berjualan, mereka sempat meninjau lokasi posko terlebih dahulu, melihat apa saja yang dibutuhkan para calon pembeli. "Kami menjual kopi beragam rasa mulai dari kopi hitam, kopi capucino, ada juga kopi mix," katanya.

Menurut Dite, satu gelas kopi hangat mereka jual Rp 3.000 pergelas plastik yang mereka kumpulkan dari bekas minum mineral gelas.

Selain kopi hangat, mereka juga membawa beberapa aneka kue seperti roti bantal bungkus, dan kue wijen. Satu bungkus kue mereka jual Rp 1.000. "Kue kami ambil dari pedagang yang jualan di bawah. Kalau kopi-kopi ini kami beli di pasar," katanya.

Untuk modal berjualan kopi panas dan aneka kue tersebut, Ipin dan Dite mengeluarkan modal sebesar Rp 100 ribu.

Menurut Dite, banyak yang beli kopi karena di lokasi yang sulit akses ke warung membuat para anggota SAR dan relawan yang ada di posko memanfaatkan dagangannya.

Satu hari mereka berdua bisa menjual lebih dari 60 gelas kopi dari dua termos air hangat yang mereka bawa dari rumah.

Dite mengaku, tidak gampang untuk bisa berjualan di lokasi posko yang memiliki jarak tempuh dua kilometer dari jalan umum. Medan jalan yang menanjak dan aspal yang berbatu-batu membuat sepeda motor yang mereka gunakan untuk mengambil air hangat rusak beberapa kali. "Termos juga hancur satu karena jatuh saat di jalan," katanya.

Dite dan Ipin merupakan saudara sepupu. Sehari-hari mereka bekerja sebagai tukang ojek di kampungnya.

Dari hasil penjualan tersebut, lanjut Dite, mereka dapat keuntungan sebesar Rp 65 ribu. Ide Dite dan Ipin berjualan di lokasi poskopun disambut baik orang-orang yang ada di posko. Jualan dadakan di pinggir jalan tersebut langsung diserbu pada pembeli yang umumnya sangat membutuhkan minuman kopi hangat, mengingat cuaca yang dingin dan jauhnya lokasi.

Dite mengaku sempat mengajak sejumlah warga lain untuk mencoba berjualan di lokasi, hanya saja petugas mulai membatasi masyarakat agar tidak masuk ke posko.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement