REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sejumlah anak dari berbagai daerah di Kota Semarang diduga menjadi korban penipuan dengan modus mengadakan lomba pemilihan dai cilik se-Jawa Tengah dan mencatut nama beberapa pejabat setempat.
Menurut salah seorang guru TK Islam Permata Hati Ali Maruf (34) saat mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Kepolisian Resor Kota Besar Semarang di Semarang, Jumat, penipuan yang menimpa anaknya tersebut bermula saat ada pengumuman lomba pemilihan dai cilik di tabloid Muslim Pos.
"Dalam tabloid yang dibagikan secara gratis di sekolah kami pada awal April 2012, memuat adanya pengumuman lomba pemilihan dai cilik se-Jawa Tengah yang audisi serta finalnya akan diselenggarakan di Masjid Raya Baiturrahman Semarang," kata warga Tugurejo RT 03 RW 04, Kecamatan Tugu, Semarang, itu.
Ia menjelaskan syarat peserta lomba sesuai dalam tabloid tersebut adalah siswa atau siswi TK/SD/MI se-Jawa Tengah dan membayar biaya pendaftaran lomba sebesar Rp100 ribu di kantor redaksi tabloid Muslim Pos di Jalan Taman Kelud Selatan Nomor 5 Semarang.
"Saya telah membayar biaya pendaftaran di kantor redaksi pada hari Rabu (4/4) di kantor redaksi tabloid Muslim Pos, dan ditemui oleh seorang perempuan berkerudung dan pria gemuk memakai peci," ujarnya yang mendaftarkan anaknya bernama Fikria Zaka Fuadi Ali yang duduk di kelas I Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Semarang.
"Audisi peserta lomba pemilihan dai cilik di Kota Semarang diundur menjadi Jumat (11/5) karena pada jadwal semula bersamaan dengan pelaksanaan ujian nasional," katanya.
Ali beserta anaknya baru sadar telah menjadi korban penipuan setelah mendatangi Masjid Raya Baiturrahman Semarang untuk mengikuti audisi. Ternyata tidak ada audisi lomba pemilihan dai cilik seperti yang dimaksud tanpa alasan yang jelas.
Salah seorang staf administrasi Masjid Raya Baiturrahman, Ahmad Setiawan (23), mengaku pihaknya pernah menerima beberapa tamu dari tabloid Muslim Pos pada awal Februari 2012 dan mengatakan akan menggunakan masjid untuk penyelenggaraan lomba pemilihan dai cilik.
"Namun, mereka hanya datang sekali dan tidak ada konfirmasi apakah jadi menggunakan Masjid Raya Baiturrahman atau tidak," ujarnya yang juga mengaku menjadi korban penipuan saat mendaftarkan anaknya ikut lomba pemilihan dai cilik.
Ia juga menyebutkan, selain Ali Maruf, juga ada sejumlah orang tua dari anak yang diduga menjadi korban penipuan pemilihan lomba dai cilik. Sementara itu, kondisi kantor redaksi tabloid Muslim Pos terlihat sepi dan tidak ada aktivitas apa pun saat didatangi.