REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepolisian Republik Indonesia belum mendapatkan kabar adanya pembajakan kapal yang membawa cargo minyak Petral RI senilai US$ 130juta.
Hal itu disampaikan Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution. "Enggak tahu kita nanti akan kita cek," ujar Saud saat jumpa pers di Mabes Polri, Jumat (11/5).
Kapal milik Yunani yang dikabarkan sedang berlayar diperairan Arab membawa minyak dari Indonesia itu dibajak saat akan menuju Somalia. Hingga kini belum ada laporan siapa pelaku pembajakan tersebut dan adakah warga negara Indonesia (WNI) yang berada di dalam kapal tersebut.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) membenarkan kapal tanker MT Smyrni yang membawa kargo minyak Indonesia, dibajak perompak Somalia. Vice President Corporate Communication Pertamina, Mochamad Harun mengaku kapal senilai 130 juta dolar AS (sekitar Rp 1,2 triliun) itu hendak mengirimkan minyak mentah dari Azeri Azarbaijan ke Kilang Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Yang dibajak bukan kapal kita," tegasnya saat dihubungi Republika, Jumat (11/5). "Tapi, kargonya memang punya kita berisi minyak mentah sebanyak 950 ribu juta barel (billion barel atau bbl)," ungkap dia.
Diakui Harun, saat ini pihaknya sedang melakukan pendekatan untuk membebaskan kapal. Sayangnya, Harun enggan menuturkan detail upaya yang dilakukan karena masih diproses. "Yang pasti, semuanya telah di cover asuransi anak usaha perusahaan," sebut dia.
Harun menjamin ini tidak akan menganggu produksi di Kilang Balikpapan karena sudah menyiapkan minyak cadangan. MT Smyrni adalah Kapal milik Dynacom Tanker Management Ltd Yunani berbendera Liberia yang disewa anak usaha Pertamina, PT Pertamina Energy Tranding Ltd (Petral).
Kapal yang diperkirakan tiba di Balikpapan 24 hingga 26 Mei mendatang tersebut, dibajak di perairan Oman. Sebelumnya sebagaimana dikutip Reuters, kapal tersebut dibajak sejak Kamis (10/5) sekitar pukul 11.15 waktu setempat.