REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Eksekutif Komite Disaster Victim Identification (DVI) Indonesia Kombes Pol Anton Castilani mengatakan upaya melakukan identifikasi jasad korban pesawat Sukhoi Superjet 100 akan susah jika menggunakan sidik jari korban.
"Ada 10 kantong jenazah yang di lokasi saat ini, kondisi jenazah belum diketahui. Tapi sepertinya akan susah identifikasi menggunakan sidik jari," kata Anton di Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta, Jumat (11/5).
Sekitar 10 kantong mayat yang ada di lokasi belum tentu isinya 10 jenazah. "Saat ini DNA keluarga korban yang ada di DVI baru 29 orang," katanya.
Hal yang senada dikatakan Kepala Basarnas Daryatmo bahwa saat korban kecelakaan pesawat Sukhoi Supet Jet 100 di Gunung Salak Bogor pada hari Rabu (9/5) belum diketahui identitasnya.
"Untuk sementara waktu para korban akan kita dimasukkan kantong jenazah. Sekarang jenazahnya belum diangkat ke helipad di Cijeruk, masih di lokasi," kata Daryatmo.
Evakuasi para korban akan dilaksanakan secara maksimal oleh Basarnas, TNI AU, TNI AD, TNI AL, Polri dan masyarakat.