REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa hampir ikut dalam pesawat sukhoi yang hilang di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5). Namun, di detik terakhir di dalam pesawat ia membatalkan niatnya ikut pesawat yang lepas landas pukul 14.00 WIB.
"Saya ragu mau ikut apa nggak, kebetulan saya mau rapat sore, tapi belum ada konfirmasi jadi apa enggak," kata Suharso, Rabu (9/5).
Ia menceritakan, awalnya dirinya tak keberatan untuk ikut terbang. Tetapi, saat bertanya pada istrinya untuk meminta pertimbangan, sang istri menyarankan tak perlu berangkat. "Saya tanya istri saya, gak usah saja. Satu jam kelamaan. Ya sudah, gak jadi," kisah pria kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, 31 Oktober 1954 silam itu.
Suharso menjelaskan, dirinya diundang untuk melihat pesawat. Ia naik bersama istri dan anaknya dan seorang kawan. Di dalam pesawat buatan Rusia itu, ia disambut awak pesawat dan diajak melihat-lihat. Bahkan, di dalam pesawat, di dekat tangga, ia sempat di foto oleh stafnya. "Foto itu menjadi bersejarah," kata pria 57 tahun itu.
Setelah keliling, rombongan kecil itu turun dan sempat berbincang dengan perwakilan Sukhoi. Tak lama ia pun ditawari naik pesawat. Disitulah ada rasa ragu.
"Tapi saya sempat duduk di raw depan ada percakapan ada teman-teman pilot yang diskusikan kenapa harus ke gunung, kenapa gak ke pantai. Tapi mungkin mereka mau lihat pemandangan yang bagus," ceritanya mengingat momen itu.
Tetapi, ia tetap berkeputusan tidak akan ikut terbang siang itu. Meskipun perwakilan sukhoi sudah menawarinya berkali-kali. "Dia bilang, apa benar gak mau ikut naik? Enak lho pak," katanya menirukan tawaran perwakilan sukhoi.
Keputusan itu menjadi tepat karena 1,5 jam kemudian, terdengar kabar hilangnya kontak pesawat sukhoi itu. "Awalnya saya gak percaya karena belum ada beritanya. Lalu setengah lima saya panik begitu saya lihat berita, saya duduk saja. Saya selepas magrib sujud syukur," kata Wakil Ketua DPP PPP itu menuntaskan.