REPUBLIKA.CO.ID, Insiden hilang kontak yang dialami penerbangan kedua promosi Sukhoi Superjet 100 di Indonesia, Rabu, menjadi kemunduran bagai penerbangan Rusia. Pasalnya pesawat itu dianggap ujung tombak upaya Rusia untuk membangkitkan kembali industri kedirgantaraannya.
Rusia juga tengah memodernkan penerbangannya menyusul runtuhnya Uni Sovyet pada 1991. Superjet 100 yang berkapasitas 70 hingga 98 kursi, memiliki durasi terbang hingga 4.578 kilometer dan dianggap penantang bagi jet serupa dari Bombardier.Inc (BBD/B) dan Embraer SA dari Brasil (EMBR3).
"Ini adalah kemunduran, namun kita tak tahu apa pun penyebab kasus tersebut," ujar wakil presiden Teal Grup, Richard Abolafia, pengamat penerbangan di Fairfax, Virginia. "Industri jet Rusia sepenuhnya kehilangan daya saing setelah Perang Dunia dan tenggelam hingga hampir bukan apa-apa."
Jet tersebut telah menjalani tur Asia, dengan singgah di Myanmar, Pakistan, Kazakhstan dan berencana hinggap di Laos dan Vietnam, ujar jurubicara perusahaan pemilik Sukhoi, United Aircraft.Corp, Olga Kayukova.
Jet, menurut Kayukova, via telepon seperti dikutip Bloomberg, Rabu (9/5) sudah menjalani pengecekan sepenuhnya. Dalam penerbangan kedua yang hilang kontak, penerbangan promosi Sukhoi Superjet dipiloti oleh Alexander Yablontsey danco-pilot Alexander Kochetkov, demikian menurut laman resmi perusahaan.