Jumat 04 May 2012 16:50 WIB

BBM Tak Naik, Alokasi Subsidi Membengkak Rp 234,2 triliun

Rep: Fitria Andayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pemerintah direncanakan akan menerapkan pembatasan BBM bersubsidi per 1 Mei nanti untuk menghemat konsumsi BBM.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pemerintah direncanakan akan menerapkan pembatasan BBM bersubsidi per 1 Mei nanti untuk menghemat konsumsi BBM.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tanpa kenaikan harga BBM dan pemberlakukan 5 kebijakan pengendalian BBM, subsidi BBM naik hingga Rp 234,2 triliun. Meskipun demikian, pemerintah tetap yakin defisit bisa tetap dijaga pada level 2,3 persen dan tidak ada penambahan utang.

Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Radjasa menyatakan, naiknya alokasi subsidi tersebut didasarkan pada asumsi harga minyak mentah (ICP) sebesar119 dolar AS per barel dan volume BBM diperkirakan melebihi kuota menjadi 42 juta kiloliter. Padahal sebelumnya dalam APBN-P aloksi dana untuk BBM hanya Rp 137,4 triliun. “Namun kalau itu terjadi, kita masih jaga defisit pada 2,3 persen,” katanya, Jumay (4/5).

Sementara untuk menutupi kelebihan tersebut pemerintah mengklaim memiliki kemampuan finansial yang cukup. Tanpa harus menambah utang baru. “Kita masih punya sumber dana dari penghematan dan meningkatnya pendapatan di sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP),” katanya.

Pemerintah lanjutnya, juga bisa menggunakan dana K/L yang tidak terserap. “Selama ini rata-rata realisasi anggaran ada di 88-90 persen. Seandainya kita asumsikan lebih tinggi dari 90 persen, kan masih ada rentang 5 persen lagi atau sekitar Rp 26 triliun. Itu yang merupakan rata-rata anggaran yang tidak dapat diserap dan kemudian bisa dipakai sebagai cadangan,” katanya.

Selain itu, pemerintah juga memiliki cadangan fiskal yang sudah dianggarkan dalam APBNP 2012 yaitu sebesar Rp 30,6 triliun untuk kompensasi. “Dana itu tidak akan digunakan bila tidak terjadi kenaikan harga BBM, sehingga bisa digunakan untuk menutup kelebihan tersebut,” katanya.

Dengan demikian, ketidaksingkronan asumsi APBNP dengan keadaan riil di lapangan bisa diselesaikan. “Fiskal tetap sehat dan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan baik,” katanya. Selain itu, inflasi juga bisa dikendalian pada asumsi yang telah ditentukan. Menurutnya, naiknya tingkat inflasi yang terjadi saat ini disebabkan oleh sepenuhnya BBM. “Inflasi terjadi karena memang harga sejumlah komoditas di pasar dunia meningkat. Selain itu akibat masalah permintaan dan ketersediaan barang,” katanya.  

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement