Kamis 03 May 2012 20:15 WIB

Presiden Langsung Saja Reshuffle, Jangan Lempar Wacana

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan hasil perombakan (reshuffle) Kabinet Indonesia Bersatu II di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (18/10) malam.
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan hasil perombakan (reshuffle) Kabinet Indonesia Bersatu II di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (18/10) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Viva Yoga Mauladi meminta presiden untuk membuat wacana terkait pergantian susunan kabinet. Jika memang presiden ingin melakukan pengangkatan atau pencopotan menteri, sebaiknya langsung saja dilakukan tanpa harus membuat wacana.

''Reshuffle itu otoritas penuh presiden. Dia bisa pakai haknya atau tidak. Jangan testing the water, tes wacana publik. Karena akan ramai," kata Viva Yoga di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (3/5). "Kenyamanan bekerja menteri yang diisukan terkena reshuffle juga akan berpengaruh. Kalau mau reshuffle tak usah pakai wacana, langsung saja,'' imbuhnya.

Isu adanya reshuffle mencuat setelah kosongnya posisi menteri kesehatan menyusul meninggalnya Endang Rahayu Sedyaningsih dan meninggalnya wamen ESDM, Widjajono Partowidagdo.

Menggantungnya posisi tiga menteri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pasca pembahasan APBN-P pun dipandang sebagai alasan kuat bagi presiden untuk melakukan perombakan kabinet. Apalagi, PKS sudah tak dilibatkan dalam rapat sekretariat gabungan (setgab) belakangan.

Dengan kondisi yang menggantung, ia melihat pemerintah tak akan berjalan efektif karena menjadi tak stabil. ''Karena digantung jadi banyak spekulasi. Menteri tak tenang bekerja. Internal birokrasi pemerintahan pun tak stabil. Program pemerintah jadi terhambat dan tak sesuai target,'' tutur Viva.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement