Sabtu 28 Apr 2012 12:39 WIB

Peneliti: Wacana Politik Ketua Muhammadiyah Berjalan Integratif

Amien Rais
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID,  Yogyakarta -- Strategi komunikasi dan wacana politik ketua Muhammadiyah berjalan secara integratif dan kolaboratif, kata peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Muhammad Nurul Yamin.

"Hal itu membentuk sebuah konfigurasi 'pohon' komunikasi politik Muhammadiyah," kata Yamin dalam penelitiannya berjudul 'Wacana Politik Amien Rais dan Syafii Ma'arif dalam Dinamika Komunikasi Politik Muhammadiyah', di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, akar Komunikasi politik Muhammadiyah memiliki basis pada ideologinya yang tertransformasi ke dalam strategi komunikasi wacana politik yang dikembangkan oleh ketua Muhammadiyah.

"Strategi komunikasi politik Muhammadiyah terpetakan dalam tiga strategi besar, yaitu strategi komunikasi politik iman dan amal saleh, strategi komunikasi politik struktural kekuasaan, dan strategi komunikasi politik kultural kebangsaan," katanya.

Pada sisi lain, kata dia, wacana politik yang dikembangkan oleh ketua Muhammadiyah khususnya di era Amien Rais dan Syafii Ma'arif sebagai fokus penelitian merepresentasikan wacana politik Islam.

"Artinya, bahasa politik Islam sebagai simbol dalam proses komunikasi politik diposisikan sebagai legitimasi teologis-historis yang mewarnai wacana politik ketua Muhammadiyah," katanya.

Ia mengatakan di balik wacana politik ketua Muhammadiyah terdapat konstruksi realitas komunikasi politik Muhammadiyah yang menunjukkan peran politik dalam proses demokratisasi.

Demokrasi membutuhkan organisasi sosial, sekali pun mereka tidak memiliki sifat politik tertentu, karena mereka berfungsi sebagai sumber bagi keterlibatan sosial dan politik masyarakat.

Fungsi organisasi sosial semacam itu sangat berarti dalam membangun kehidupan demokrasi. Ketika kekuatan politik formal kehilangan peran vitalnya sebagai pilar demokrasi, maka kekuatan politik masyarakat sipil seperti Muhammadiyah tampil menggantikannya.

"Dalam konteks itu, pemimpin organisasi sosial keagamaan sebagai komunikator politik memiliki peran mentransformasikan bahasa agama dalam bahasa politik kontemporer," kata dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement