REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO - Bayi tak berdinding perut, puteri pasangan Fatma Napu dan Karim Adam, warga Desa Payu Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo, meninggal dunia pascaoperasi, Jumat (27/4).
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) MM Dunda Limboto, dokter Nuryana Alinti, menjelaskan, bayi perempuan yang belum sempat diberi nama oleh kedua orang tuanya itu, meninggal 13 jam pasca-operasi.
Menurut Nuryana, operasi yang ditangani tim dokter ahli dari Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Kandou Manado, Sulawesi Utara, bersama tim dokter rumah sakit Dunda, sebelumnya berjalan baik melalui pembedahan. Rencananya operasi akan dilakukan dalam tiga tahapan, mengingat banyaknya kelainan yang dimiliki.
Operasi tahap pertama memang harus segera dilakukan, untuk memasukkan usus yang terburai, serta melengketkan dinding perut.
Pasca-operasi tahap pertama yang berjalan sukses itu, menurut Nuryana, bayi sempat bertahan hidup selama 13 jam, dengan pengamatan intensif dari tim dokter ahli.
Namun sayang, kondisi bayi mengalami kritis sekitar pukul 10.00 Wita, dan tepat pukul 11.30 Wita akhirnya meninggal.
Nuryana menjelaskan, meninggalnya bayi diakibatkan banyaknya kelainan yang dimiliki atau dalam istilah kedokteran disebut "Multiple Konginal Anomali".
Sebab selain tak memiliki dinding perut, ditemukan kelainan seperti tidak memiliki anus, saluran kencing, usus terburai, serta kelainan organ jantung. "Umur bayi yang belum satu minggu, bukan penyebab utama kematian bayi pasca operasi," jelas Nuryana.
Operasi memang harus secepatnya dilakukan, mengingat lapisan kulit yang menutupi bagian dalam tubuh, hanya berupa gelembung tipis yang sewaktu-waktu bisa pecah.
Makanya bayi yang diletakkan dalam inkubator itu, diawasi super ketat untuk menjaga suhu tubuh, suplai makanan serta mencegah gerak aktif bayi yang bisa berisiko fatal, khususnya di bagian perut.