Jumat 27 Apr 2012 02:14 WIB

Ajang Kreativitas Rakyat di Inacraf

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Dewi Mardiani
Membuat kerajinan, salah satu hobi yang bisa menghasilkan uang
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Membuat kerajinan, salah satu hobi yang bisa menghasilkan uang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Indonesia International Handicraft Trade Fair (Inacraf) tak hanya menjadi ajang seniman memamerkan hasil karya. Inacraf menjadi ajang bagi siswa-siswa SMA untuk berkreasi. Kerang yang biasa tercecer dipantai disulap oleh siswa-siswa SMA N 79 menjadi benda mahal.

Pembina kewirausahaan SMA 79 Iswati menututkan siswa-siswanya dilatih untuk membuat kerajinan tangan dari kerang. Ditambah dengan bahan fiber, anak-anak ini bisa membuat lampu hias seharga Rp 350 ribu. “Keuntungannya sekitar 40 persen tiap produk,” ujar Iswati, Kamis (26/4).

Keuntungan itu juga dibagi dengan sang murid yang turut bekerja keras membuat kerajianan tangan. Untuk produk kecil seperti bros, setiap murid biasa mendapat bagian Rp 200 sebagai hasil kerja kerasnya. SMA 79 juga telah memiliki showroom kerajinan tangan di sekolahnya. Tak hanya melatih sang murid, Iswati juga telah melatih masyarakat di sekitar Kepualauan Seribu untuk membuat kerajinan tangan dari kerang.

“Biasanya kan kerang dibiarkan saja jadi sampah,” ujar dia. Iswani menuturkan, pelajaran kewirausahaan secara tak langsung cukup membantu anak didikanya yang kebanyakan dari kalangan menengah.  Adanya kerajinan itu, ia berharap bisa cukup membantu anak-anak didiknya memperoleh uang tambahan agar bisa ditabung atau membantu biaya kuliah.

Tak mau kalah, produk-produk boneka lucu ikut meramaikan suasana Inacraf. Ahmad Nurul Badi, perajin boneka asal Depok ini memanfaatkan Inacraf sebagai salah satu momentum yang pas untuk menjual produk boneka anak-anak.

Kalau hari normal, boneka berbahan kain flanel ini hanya ia jual satu kali dalam sepekan di pasar tumpah, sekitar jalan Juanda. “Kalau sekali jualan bisa dapat 400 sampai 700 ribu,” ujarnya. Dibantu oleh dinas perindustrian kota Depok, ia berharap pameran selama lima hari ini bisa meningkatkan omzet penjualannya.

Sudut gedung Jakarta Convention Center (JCC) di lantai bawah, barangkali menjadi salah satu saksi bisu langkah seorang bocah menggapai masa depan yang gemilang. Sebuah stand bersahaja menawarkan berbagai macam jenis batik tulis. Nama bocah itu Ayu. Umurnya masih 21 tahun.

Berbagai macam motif batik yang dipajang, barangkali pengunjung tercengang. Batik itu, bukan hasil kerajinan tangan. Bukan pula produk mesin. Ayu, siswa kelas dua SMA Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Solo membuatnya dengan kaki. Hasil karya Ayu dipamerkan di stand Yayasan Rumah Yatim Arrohman Indonesia.

Ayu suka membatik sejak usia 18 tahun. Tak ada jam pasti kapan ia mulai melakoni kegiatan membatik itu. “Suka-suka aja, tergantung mood” ujar dia. Di sebuah layar Televisi, diputar video keseharian Ayu. Dalam video itu, Ayu memperlihatkan kepiawaiannya mewarnai motif batik menggunakan kaki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement