REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Jabar menjadi tempat transit baru ribuan imigran gelap. Mereka, berasal dari, Irak, Iran, Srilanka, Pakistan, Afganistan, dan Myanmar.
Menurut Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf, imigran yang tercatat 607 orang. Namun, angka tersebut hanya data imigran yang ada di Bogor saja.
''Saya yakin kalau dengan imigran gelap bisa lebih dari seribu. Karena kan mereka tak melapor,'' ujar Dede kepada wartawan usai Rapat dengan Kanwil Kemenhumham Jabar, Selasa Sore (24/4).
Dede menjelaskan, semua masyarakat Indonesia khususnya Jabat harus mulai sadar kalau wilayah kita sudah dijadikan transit oleh pengungsi. Mereka, berasal dari daerah konflik dan perang. Di antaranya, Iran, Irak, Afganistan, Pakistan, dan Myanmar.
''Tadinya, mereka akan masuk ke Australia. Tapi kan persyaratannya ketat sekali,'' tutur Dede.
Menurut Dede, Imigrasi sudah menangani ribuan kasus imigran gelap ini. Di antaranya, Sumatra dan Pangkap Pinang. Namun, daearah yang dituju oleh mereka sekarang Jabar. Selain mudah dituju, lokasinya dekat dengan Cristmas Island-Australia.
Imigran gelap ini, sambung Dede, masuk melalui beberapa titik di Jabar Selatan. Yakni, dari mulai Pantai Cidaun-Cianjur, Rancabuaya-Garut, dan Pangandaran-Ciamis.
''Bisa saja hari ini dijaga Pangandaran, mereka lari ke Pamengpeuk-Garut,'' imbuh Dede.
Dede menegaskan, aparat pemerintahan harus tahu tentang ini dan terus melakukan pemantauan. Apalagi, masyarakat Jabar terkenal welcome.
Pointnya, lanjut Dede, siapa pun yang masuk ke Jabar harus jelas fullan bin fullannya (asal-usulnya, red) dan apa yang dilakukan mereka. Di Bogor, memang ada turis yang visanya untuk tinggal beberapa bulan.
Namun, Pemkab Cianjur, Sukabumi dan Bogor harus tahu juga ada pendatang yang tinggal menetap tanpa surat. Mereka, ada yang tinggal sampai 10 tahun.
''Kalau tinggal 10 tahun disana, artinya kan mereka nyaman,'' tegas Dede.