REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo menyebut, dari hasil sebuah lembaga survei asing, Jakarta menempati peringkat 17 dari 200 kota-kota besar di dunia. Jakarta pun disebut lebih baik dari Kuala Lumpur, Malaysia.
Fauzi Bowo lebih percaya lembaga survei asing dibanding lembaga survei dalam negeri yang saat ini marak menggelar survei mulai dari peluang dirinya terpilih kembali bersama dengan lima kandidat menjelang Pemilukada DKI 2012.
Fauzi beralasan, dirinya lebih percaya pada hasil survei yang dilakukan negara asing karena lebih objektif dalam menilai.
"Kalau orang sendiri kan masih bisa keselibet dikit, tetapi kalau orang asing kan obyektif dan hasil survei yang layak dipercaya adalah survei yang dilakukan lembaga netral dan mencakup seluruh kelompok masyarakat Jakarta. Jangan warga yang itu-itu saja disurvei. Misalnya warga di daerah banjir di survei soal banjir ya sama saja," kata Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo kepada wartawan di Balaikota DKI, Jakarta, Senin.
Untuk mengukur pertumbuhan kota Jakarta dan kinerja Pemprov DKI, Fauzi mengatakan, dirinya lebih mengacu pada survei yang dilakukan Brooking Institute dari Washington DC, Amerika Serikat.
"Lembaga asing ini menggelar survei dengan melihat pertumbuhan ekonomi, kemampuan menumbuhkembangkan lapangan kerja dan kemampuan meningkatkan pendapatan penduduk di ibukota," ujarnya.
Hasilnya, jelas Fauzi, Kota Jakarta mengalami perkembangan sangat pesat. Dari tahun 2007, kota Jakarta berada di peringkat 171 dari 200 kota-kota besar di dunia. Sedangkan di tahun 2011, Kota Jakarta berada di peringkat 17 dari 200 kota-kota besar dunia.
"Hasil survei menempatkan Kota Jakarta di atas Kuala Lumpur, Beijing, dan Bangkok. Prestasi ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi warga Jakarta," ujarnya.
Terkait banyaknya survei yang menyatakan warga Jakarta tidak puas terhadap kinerja Fauzi Bowo selama memimpin Provinsi DKI Jakarta, Fauzi menjawab, hal itu lumrah saja. Pasalnya, dirinya memimpin sekitar 10 juta orang di ibukota, yang berimplikasi penilaian puas dan tidak terhadap kinerjanya.
"Saya memimpin 10 juta orang, ya pasti ada saja orang yang tidak puas. Karena tidak mungkin saya memuaskan semuanya," tuturnya.
Fauzi menekankan, memilih gubernur sama seperti memilih supir yang berpengalaman, punya SIM cukup lama dan mengetahui seluk beluk jalan di kotanya.
"Atau kalau kita memilih Abang dan None Jakarta, pasti yang dipilihkan mereka yang sangat kenal Jakarta. Nah Abang None saja harus kenal kotanya, apalagi gubernurnya," ucapnya sambil tersenyum.