Ahad 22 Apr 2012 19:37 WIB

ESDM Butuh Wamen yang Mampu Giring Opini

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hafidz Muftisany
Sejumlah pelayat memadati rumah duka Wamen ESDM, almarhum Widjajono Partowidagdo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (21/4) malam.  (Dhoni Setiawan/Antara)
Sejumlah pelayat memadati rumah duka Wamen ESDM, almarhum Widjajono Partowidagdo di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (21/4) malam. (Dhoni Setiawan/Antara)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM dinilai membutuhkan sosok wakil menteri yang mampu menggiring opini publik. Menurut anggota DPR Komisi Energi dari Fraksi Golkar Satya W Yudha, sosok Almarhum Widjajono Partowidagdo adalah orang yang memberanikan diri membentuk opini publik.

"Beliau sosok yang selalu menginisiasi ide-ide baru tentang kebijakan energi nasional," kata Satya saat dihubungi Republika, Ahad (22/4).

Wakil menteri yang baru saja meninggal saat melakukan pendakian ke Gunung Tambora di Kepulauan Sumbawa itu, menurut Satya, merupakan sosok jujur, dan tak dipenuhi berbagai macam kepentingan. Sementara Kementerian ESDM dinilai sarat kepentingan.

Salah satu opini Pak Wid, demikian panggilan akrabnya, yang dinilai berani adalah sudah saatnya perusahaan-perusahaan tambang mineral melakukan renegosiasi. Bahkan untuk menyoroti kinerja PT Freeport di Papua, Widjajono berani mengatakan jika Freeport tak mau melakukan renegosiasi maka diputuskan saja kontrak kerjanya.

Widjajono juga sosok wakil menteri yang tak hentinya menyosialisasikan bahwa Indonesia bukan lagi negara penghasil minyak yang besar. Ia juga meminta pemerintah meninggalkan kebiasaan mengonsumsi minyak yang besar karena minyak merupakan energi yang mahal. "Beliau akhirnya memotori konversi BBM ke BBG dengan memasang konverter kit di mobilnya sebagai simbol bahwa pelan-pelan rakyat Indonesia harus mengurangi konsumsi minyak," kata Satya.

Menteri ESDM Jero Wacik, kata Satya, pada tataran tertentu sangat terbantukan dengan kehadiran Widjajono di sampingnya. Ide pikir Widjajono menjadi bahan masukan yang selanjutnya diolah bahkan dapat diterima oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa, misalnya usulan mencampur premium dan pertamax (premix) Ron 90.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement