Sabtu 21 Apr 2012 21:56 WIB

Inilah Mimpi Sebagian Sarjana Indonesia

Sarjana (ilustrasi)
Foto: sitekno.com
Sarjana (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Musliar Kasim mengatakan, hingga saat ini banyak sarjana di Indonesia menginginkan menjadi pegawai negeri sipil.

Sebelum ada formasi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) mereka rela menganggur dan tidak ada ide menciptakan lapangan kerja, kata Musliar Kasim di Bengkulu, Sabtu.

Ia mengatakan, untuk menekan keinginan sarjana menjadi PNS, perguruan tinggi harus mampu menciptakan lulusan yang berjiwa kewirausaha.

"Perguruan tinggi di Indonesia harus mampu menciptakan lulusan yang memiliki jiwa kewirausahaan agar mampu bersaing di era globalisasi," katanya.

Sebagian besar sarjana saat ini, khususnya di luar Pulau Jawa menganggap baru dikatakan bekerja bila diterima sebagai PNS, sehingga ada sekitar 14,7 persen sarjana masih menganggur karena hanya berharap menjadi PNS.

Saat ini, hanya dua persen sarjana lulusan di seluruh Indonesia yang diterima sebagai PNS di berbagai lembaga pemerintahan.

"Perguruan tinggi hendaknya mampu mengubah pola pikir para mahasiswa sejak dini agar tidak berharap menjadi PNS, tetapi justru menjadi wira usaha handal dengan menanamkan jiwa kewirausahaan," katanya.

Ia menyarankan, agar perguruan tinggi mengundang para pengusaha sukses di Indonesia agar menyampaikan pengalaman dalam kuliah umum untuk mahasiswa.

"Selama saya menjadi Rektor Universitas Andalas Padang Sumatera Barat, sebanyak 160 orang pengusaha sukses telah tampil sebagai pembicara dalam kuliah umum untuk memotivasi mahasiswa agar muncul jiwa kewirausahaannya," ujarnya.

Seorang pengusaha muda di Bengkulu Edi Haryanto mengatakan, pihaknya siap tampil menjadi pembicara di perguruan tinggi untuk mengajak calon sarjana berwirasuwasta.

Dengan tampilnya para pengusaha itu, maka akan mampu menularkan dan memotivasi para mahasiswa untuk muncul keinginan sebagai pengusaha karena jumlah wirausaha di Indonesia masih sangat minim yakni hanya 0,18 persen.

"Perguruan tinggi tidak perlu memikirkan honor untuk pengusaha menjadi pembicara dalam kuliah umum karena kami malah menjadi senang bila diundang," tambahnya

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement