Selasa 17 Apr 2012 21:58 WIB

Harum Kopi Arabika Berpeluang Harumkan Indonesia di Dunia

Kopi Arabika Gayo
Foto: tripwow.tripadvisor.com
Kopi Arabika Gayo

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Indonesia sangat berpeluang mengembangkan tanaman kopi jenis arabika. Hal ini karena selain produksinya masih sangat kecil dibandingkan robusta serta nilai jualnya juga lebih mahal.

"Tanaman kopi jenis arabika di Indonesia masih sedikit sehingga peluang untuk dikembangkan masih sangat besar. Produksi kopi arabika hanya sekitar 18 persen dari total produksi kopi nasional yang berkisar 600.000 ton per tahun," kata Ketua Umum Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Suyanto Hussein, di Medan, Selasa.

Pengembangan kopi arabika itu dinilai semakin menguntungkan Indonesia karena harga jualnya lebih mahal daripada robusta dan mendapat minat yang tinggi di pasar internasional. Banyak lahan di berbagai daerah yang cocok ditanami arabika termasuk di Sumut.

"Pemerintah di masing-masing daerah sentra kopi seharusnya melirik peluang besar itu apalagi PT Inhutani memperbolehkan areal hutannya ditanami kopi sebagai salah satu bentuk dukungan atas pengembangan tanaman di dalam negeri," katanya.

Kalau areal arabika dikembangkan sejalan dengan peremajaan tanaman robusta, maka produksi kopi dalam negeri semakin banyak dan itu akan menambah kuatnya posisi Indonesia sebagai salah satu produsen utama kopi dunia.

"Terjadinya tren penurunan ekspor kopi sudah harus segera diatasi,"katanya.

Tahun lalu, volume ekspor kopi Indonesia tinggal sebesar 352.007 ton senilai 1,054 miliar dolar AS atau turun dari tahun 2010 dan 2009 yang masing-masing sudah sebanyak 447.494 ton dan 478.026 ton.

Pengamat pertanian dan perkebunan Sumut, Anizar Simanjuntak, menyebutkan, pemerintah harus mewaspadai terus turunnya areal dan produktivitas tanaman perkebunan/pertanian milik petani di dalam negeri dewasa ini. Selain mengancam kehidupan masyarakat, juga berdampak pada penurunan perolehan devisa.

"Jangan sampai terjadi Indonesia yang sejak zaman penjajahan dikenal sebagai produsen hasil pertanian/perkebunan terbesar dan terbaik menjadi negara pengimpor," katanya.

Selain mengembangkan areal dengan bibit berkualitas, pemerintah juga harus membantu peremajaan tanaman perkebunan/pertanian milik petani yang sebagian besar sudah berusia tua dan tanaman dari bibit asalan yang membuat produktivitas menjadi rendah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement