REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah aksi pengeroyokan geng motor terhadap sejumlah pemuda di beberapa wilayah Jakarta pada Jumat (13/4) dini hari, akhirnya Polda Metro Jaya berhasil menangkap salah satu anggota geng motor.
Dia adalah pemuda yang berasal dari Bandung, Jawa Barat. Muncul dugaan bahwa ada perpindahan geng motor dari Bandung ke Jakarta.
Namun, Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, menepis dugaan tersebut. Neta mengatakan bahwa geng motor di Bandung karakteristiknya berbeda dengan geng motor di Jakarta.
"Geng motor yang ada di Bandung berasal dari perkumpulan para penggemar sepeda motor dan mereka tidak kebut-kebutan. Sementara itu, untuk geng motor Jakarta biasanya muncul dari arena balap liar," jelas Neta, Sabtu (14/4)
Kalau akhir-akhir ini kedua geng motor tersebut melakukan tindakan yang radikal, dia menilai ini akibat polisi yang kurang tegas menindak mereka. Neta juga menduga sikap polisi yang kurang tegas ini, salah satunya mungkin karena salah satu anggota geng motor di Jakarta adalah anak pejabat, anak jenderal.
Menurut Neta, geng motor Jakarta biasa dijadikan ajang judi uang. "Dalam satu kali permainan bila memakai jasa joki, nilai uang taruhan mencapai 5-25 juta. Tidak mungkin kalau pemuda biasa mampu membayar uang sebanyak itu. Hanya anak orang kaya seperti anak pejabat yang bisa membayar uang sebanyak itu," ujar pria berkumis ini.
Neta memberikan solusi untuk menangani masalah ini, polisi hendaknya harus tegas menindak para pelaku yang diduga geng motor. Para pelaku seharusnya bisa dijerat pidana dengan ancaman hukuman tiga tahun. Selain itu, polisi juga harus sering melakukan patroli dan razia secara kontinyu.