Sabtu 14 Apr 2012 14:19 WIB

Sudah Waktunya Orang Kaya Wajib Beli Pertamax?

Petugas SPBU mengisi pertamax ke tangki sepeda motor (Illustrasi)
Foto: YOGI ARDHI/REPUBLIKA
Petugas SPBU mengisi pertamax ke tangki sepeda motor (Illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -  Sudah saatnya mobil mewah milik orang kaya diwajibkan mengkonsumsi bahan bakar pertamax. Pendapat itu diucapkan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Widjajono Partowidagdo.

"Salah satu upaya pembatasan penggunaan BBM bersubsidi ialah jika tidak ada lagi mobil orang kaya yang menggunakan bensin atau premium, " kata Wakil Menteri (Wamen) saat berkunjung ke Universitas Islam Riau (UIR) di Pekanbaru, Sabtu (14/4).

Klasifikasi mobil milik orang kaya menurut dia, dapat dilihat dari jenis dan harganya, sehingga tidak bisa lagi ada "pengaburan" terkait rencana pembatasan BBM bersubsidi nantinya. Upaya pembatasan BBM bersubsidi itu kata dia, juga nantinya akan dituangkan dalam aturan pemerintah dan akan segera turun pada akhir April 2012 namun baru berlaku efektif pada Mei 2012 mendatang.

Nantinya, demikian Wamen, salah satu opsi yang dipergunakan pemerintah dalam upaya pembatasan BBM tersebut yakni dengan pengaturan batasan besaran mesin kendaraan (cc). "Mobil yang memiliki besaran mesin di atas 1.300 cc akan kena larangan pengisian BBM bersubsidi, baik solar maupun premium," katanya.

 

Namun hal-hal yang menyangkut itu semua, kata Wamen, masih dalam tahap perundingan di kalangan pemerintah pusat dan akan segera diputuskan secepatnya demi penghematan BBM. Rencana pembatasan pemakaian premium untuk mobil mewah milik pribadi yang rancananya diberlakukan itu, kata Wamen, demi menjaga kuota BBM bersubsidi sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2012 sebesar 40 juta kiloliter.

Pelaksanaa pembatasan BBM bersubsidi itu katanya, akan dimulai di beberapa wilayah di Pulau Jawa dan Bali yang memang sudah mendukung infrastrukturnya. Menurut Widjajono, harga BBM subsidi yang saat ini masih Rp 4.500 per liter atau diturunkan dari Rp6.000 per liternya pada tahun 2009 lalu, membuat masyarakat berkeinginan untuk tetap menggunakan kendaraan pribadi ketimbang kendaraan umum.

"Dengan demikian, orang saat ini tidak lagi ada upaya menghemat energi melainkan bagaimana caranya menghemat uang demi berbagai kepentingan," katanya.

Ditanya mengenai banyaknya kalangan yang menolak rencana penaikan harga BBM, menurut Wamen hal tersebut sebenarnya pemaksaan kehendak. Kalau seseorang menyikapi kenaikan harga BBM dengan arif, demikian Wamen, maka pengeluarannya justru akan berkurang.

"Kalau di hari kerja masyarakat menggunakan transportasi umum dan hanya menggunakan mobil pribadi di akhir pekan atau hanya untuk silaturahmi saja, hal ini tentu menjadi sebuah upaya penghematan yang luar biasa," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement