Jumat 13 Apr 2012 17:58 WIB

Kasus 'Istri Simpanan' di Buku Bukan yang Pertama

Rep: S Bowo Pribadi / Red: Hafidz Muftisany

REPUBLIKA.CO.ID, Kasus 'isteri simpanan bang maman' yang masuk dalam Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memang baru 'heboh' dalam beberapa hari terakhir. Karena konten buku yang kurang mencerminkan pendidikan karakter anak di awal pendidikan dasar.

Namun kasus 'lolosnya' konten- konten 'menyesatkan' pada lembar pendukung kegiatan belajar siswa SD ini ternyata bukan kali ini saja. Sebelumnya, siswa sekolah dasar di Jakarta juga sudah dicekoki oleh konten- konten buku yang tak sepatutnya tersebut.

Heru Narsono (44), orang tua siswa di Jakarta mengaku, dirinya telah mencermati berbagai konten buku- buku LKS yang diberikan kepada putarnya, yang bersekolah di SDN Rawamangun 12 Pagi, Jakarta Timur.

“Berdasarkan catatan saya, konten- konten 'menyesatkan' bagi siswa SD ini telah masuk dalam buku- buku LKS yang digunakan putranya sejak tahun 2007,” ungkapnya kepada wartawan, Jumat (13/4).

Ia menjelaskan, selain materi buku LKS yang diterbitkan oleh penerbit Widya Utama itu sudah menyajikan tentang kekerasan, isi dari buku- buku LKS ini juga sangat membingungkan siswa, bahkan orang tua siswa.

Ia mencontohkan pada tahun 2007, putranya sudah menerima buku LKS yang isinya sudah menyajikan cerita bagaimana membunuh orang, melalui cerita rakyat tentang Si Angkri. “Ini membahayakan anak, karena buku ini harusnya membantu membentuk karakter anak,” ujarnya.

Saat putranya kelas II, masih jelas Heru, kembali menerima buku LKS yang isinya juga menyajikan cerita tentang seorang perempuan yang disuruh mengaku hamil agar rumah tangga orang lain berantakan.

Yang lebih parah, masih paparnya, saat putranya duduk di kelas III. LKS yang digunakan juga berisi tentang kekerasan dan sadisme lewat cerita Si Rochim. Dalam penggalan cerita tertulis “Badan Si Rochim ditusuk- tusuk dengan tusuk konde oleh Nyonya Van Der Volk, hingga Si Rochim mengerang kesakitan,”.

Terakhir LKS ini mengisahkan bagaimana seorang juragan yang ingin beristeri dua. “Parahnya lagi, cerita ini diperagakan siswa dalam sebuah drama. Ini sama saja mengajarkan anak- anak untuk memainkan karakter juragan yang akan poligami,” tegas Heru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement