REPUBLIKA.CO.ID,SERANG--Khoirunnisa, seorang balita penderita gizi buruk Khoirunnisa berusia 2,1 tahun, warga Kampung Cijawa Masjid, Kelurahan Cipare, Kota Serang, Provinsi Banten, meninggal dunia di Serang, Kamis.
Anak dari pasangan Sunaryo dan Multianah tersebut, meninggal dunia setelah sebelumnya mengalami panas dan koma, hingga akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir di rumahnya.
"Sejak lahir, anak saya memang dikasih susu formula. Namun terkadang saya tidak mampu beli, sehingga kadang tersendat memberi susunya," ungkap Multiana.
Ia menuturkan, sejak beberapa bulan setelah kelahiran, anaknya tersebut mengalami masalah dengan berat badan. Saat lahir, menurutnya, berat badan Khoirunnisa hanya 2,4 kg, ditambah lagi bayinya itu tidak diberi air susu ibu (ASI) karena air susunya tidak keluar.
"Sehingga, semenjak lahir selalu diberi susu formula," ujarnya.
Terkadang Multiana dan suaminya yang tergolong keluarga miskin itu, tidak mampu membeli susu formula. Ini terjadi karena penghasilan Sunaryo hanya Rp500 ribu per bulannya.
"Untuk beli susu dalam satu mingu kurang lebih Rp 150 ribu, sementara gaji suami saya hanya Rp 500 ribu. Sehingga, uang itu harus bagi-bagi dengan kebutuhan sehari-hari," kata Multianah.
Multiana mengatakan, semenjak anaknya sakit dan badannya kurus, setiap hari Rabu ia selalu mendatangi Puskesmas Kota Serang untuk konsultasi kesehatan anaknya itu.
"Terkadang saya mendapatkan makanan tambahan (untuk bayi) dari Puskesmas," ujarnya lagi.
Namun demikian, ia mengaku tidak setiap datang ke Puskesmas mendapatkan susu dan makanan tambahan bagi anaknya tersebut.
Terakhir ia membawa anaknya itu ke Puskesmas Kota Serang pada Rabu (11/4).
Namun petugas gizi di Puskesmas sedang tidak ada, sehingga ia pulang tanpa membawa susu dan makanan tambahan.
Fifi Hartija, petugas gizi pada Puskesmas Kota Serang yang biasa menangani Khoirunnisa, mengatakan, selama ini Multianah rutin memeriksakan anaknya setiap hari Rabu. Namun demikian, ia mengakui, bantuan susu dan makanan tambahan di Puskesmas tidak selalu tersedia setiap pemeriksaan.
Ia mengatakan, sejak anak tersebut dibawa ke Puskesmas untuk berobat, orang tuanya selalu menyampaikan keluhan, anaknya itu mencret dan demam. "Perkiraan pihak Puskesmas, kemungkinan bayi itu ada masalah pada lambungnya," katanya.
Sementara itu, Wakil DPRD Provinsi Banten, Ei Nurul Khotimah, yang menengok keluarga tersebut mengatakan, seharusnya Pemerintah Kota (Pemkot) Serang lebih memperhatikan masalah gizi buruk tersebut.
Karena, menurutnya, banyak bantuan untuk Kota Serang namun ternyata tidak menyentuh orang miskin. "Saya prihatin, Kota Serang ini ibu kota Provinsi Banten, tapi masih terjadi gizi buruk," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Pihaknya berjanji akan berupaya mendorong peningkatan anggaran pada APBD-Perubahan untuk penanganan masalah ketahanan pangan di kabupaten dan kota se-Banten. "Juga untuk peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin seperti untuk program Jamkesda," ujar Ei Nurul Khotimah.