REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pascagempa di Aceh pada Rabu (11/4) pukul 15.38 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hari ini menggelar jumpa persnya pada pukul 20.00 WIB. Menurut BNPB, gempa di Aceh berpotensi tsunami tapi kecil.
“Mekanisme gempa bersumber dari sesar geser. Bukan sesar naik seperti kejadian tsunami Aceh tahun 2004. Gempa ini juga bukan mega-trust, sehingga potensi tsunami tidak terlalu besar. Lokasinya di bagian luar dari zona subduction,” ujar Sutopo Purwo Nugroho, kepala pusat data, informasi dan humas BNPB Pusat.
Gempa terjadi bukan di zona utama, dimana tsunami terbesar dimungkinkan terjadi. Hal ini berarti tetap bisa menyebabkan tsunami terjadi, tapi lebih kecil daripada apabila pusat gempa berada di zona utama.
Pusat gempa sendiri berada 500 km dari Kabupaten Simeuleu, Aceh. Gempa pertama terjadi pada 8,6 SR yang diikuti dengan gempa 8,1 SR. Dua jam kemudian terjadi di bagian lempeng Indo Australia. Gempa kedua berjarak lebih dari 100 km dari gempa pertama ke arah barat (menjauh dari Sumatera).
Data terkini Pasang surut dari Bakosurtanal terjadi kenaikan muka laut (tsunami) di Lahewa (Nias Utara) sebesar 1 meter, dan Meulaboh sebesar 1,02 meter. Pada pukul 17.00 WIB terdeteksi tsunami di Sabang 0,06 meter, dan di Meulaboh (17.04 WIB) 0,8 meter. Data ini berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).