REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kenaikan harga pertamax membuat sebagian pengelola SPBU di Kota Bogor merugi. Sebagian pengelola harus mengganti mesin display harga yang memuat angka lima digit.
Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Bumi dan Gas (Hiswana) Bogor, Bahriun, mengatakan, sebagian display harga SPBU masih menggunakan mesin produksi tahun 2006. Tipe mesin keluaran tahun itu hanya mampu menampilkan empat digit angka, sehingga tidak dapat menampilkan harga pertamax yang naik menjadi Rp 10.250 saat ini. "Yang sudah lima digit baru mesin keluaran tahun 2010," kata dia, Senin (9/4).
Akibatnya, lanjut dia, sebagian pengelola harus merogoh kocek untuk mengganti sebagian perangkat mesin display. Biaya modifikasi per unit mesin display mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta. "Mesti inden dulu dua minggu sampai satu bulan," ungkapnya.
Salah satu SPBU yang masih menggunakan mesin display empat digit, SPBU 34-16108 Jalan Pajajaran, Kota Bogor, bahkan harus menghentikan penjualan pertamax untuk sementara. Untuk menghindari kesalahan perhitungan, pengelola setempat menghentikan penjualan pertamax hingga modifikasi mesin display selesai dilakukan.