REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kapolres Palu AKBP Ahmad Ramadhan berpendapat salah satu solusi penyelesaikan konflik antarwarga di dua kelurahan bertetangga di Kota Palu, Sulawesi Tengah adalah dengan pendekatan keagamaan.
"Saya sangat mendukung kalau penyelesaian bentrok di Palu dengan pendekatan agama. Sudah saatnya kita akhiri semua konflik di daerah ini karena hanya merugikan warga masyarakat sendiri," kata Ahmad Ramadhan di posko lokasi bentrok di Palu, Jumat.
Ahmad Ramadhan mengatakan tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat perlu duduk bersama membahas langkah konkret penyelesaian konflik antara kelompok warga Kelurahan Nunu Kecamatan Palu Barat dan Kelurahan Tavanjuka Kecamatan Palu Selatan.
Selain itu kata Ramadhan, peranan orang tua juga penting dalam mengakhiri pertikaian tersebut mengingat ada indikasi keterlibatan anak di bawah umur dalam bentrokan itu.
"Masing-masing orang tua 'pegang' anaknya saja sudah sangat membantu. Orang tua mesti cari di mana anaknya berada, jangan sampai terlibat dalam bentrokan lagi," katanya.
Dia mengatakan dari dua tersangka yang saat ini ditahan di Polres Palu merupakan anak dibawah umur masing-masing inisial Ak (17) dan Ha (14).
"Coba bayangkan ini anak usia sekolah menengah pertama sudah terlibat dalam aksi seperti ini. Bagaimana masa depan generasi muda kita. Mereka itu harapan kita ke depan," kata Ramadhan.
Ha ditangkap pada Jumat sore dalam sebuah operasi penggerebekan di wilayah bentrok. Sementara Ak diketahui sedang dalam perawatan di rumah sakit Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah karena mengalami luka serius pada bentrok Rabu (4/4) pagi.
Polisi kini masih mencari enam orang lainnya yang diduga terlibat pembakaran rumah pada Rabu pagi.
Sementara penyerangan dan pembakaran rumah pada Kamis sore sedang dalam pendalaman kepolisian setelah sebelumnya penyidik telah memintai keterangan korban pembakaran.
Kapolres mengatakan mendengar selentingan kemungkinan ada keterlibatan pihak luar dalam aksi penyerangan pada Kamis sore sehingga mengakibatkan salah sasaran.
Warga kelurahan di dekat kelurahan yang bertikai ikut menjadi korban penyerangan yang mengakibatkan enam rumah dibakar. Tiga diantaranya dari Kelurahan Boyaoge, salah satu kelurahan tetangga.
Selama 2012 beberapa kali bentrokan dan peristiwa lainnya terjadi di dua kelurahan bertetangga yang masih punya hubungan keluarga tersebut.
Pada 7 Januari 2012 dini hari, bentrokan kembali pecah. Seorang s bernama Ridwan tewas akibat tertembak di bagian dada. Selain itu, dua rumah dan dua sepeda motor ikut dibakar.
Minggu, 8 Januari 2012 sekitar pukul 22.00 Wita, seorang warga dari Kecamatan Palu Barat ditemukan tewas dalam wilayah konflik.
Setelah aman beberapa bulan, bentrokan kembali meledak pada Rabu, 4 April 2012. Seorang bernama Ruflan tewas dan lima rumah dan satu unit sepeda motor dibakar. Selain itu juga terdapat korban luka dua diantaranya dari intelijen TNI terkena senapan angin.
Kamis, 5 April 2012 kembali terjadi penyerangan oleh sekelompok orang dengan membakar rumah dan melempari rumah penduduk yang tidak tersangkut konflik selama ini.