REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Wali kota Solo Joko Widodo atau Jokowi dalam pidato pembukaan seminar soal perluasan akses masyarakat ke perbankan (financial inclusion) justru menolak berbicara soal materi yang menjadi program Bank Indonesia itu.
"Karena saya gak tahu soal financial inclusion, saya lebih baik cerita yang lain saja ya daripada salah," kata Jokowi yang juga calon gubernur DKI Jakarta di hadapan beberapa pejabat Bank Indonesia.
Akhirnya Jokowi pun hanya menyampaikan dua cerita lucu mengenai pengalaman dia 7 tahun lalu saat awal terpilih sebagai walikota, yaitu mengenai ajudan yang disediakan dan kisah saat memimpin upacara pertama kali.
Jokowi bercerita bahwa pada awal dia menjadi wali kota, dirinya disediakan seorang ajudan yang lebih muda, lebih tinggi dan lebih ganteng.
"Karena dia lebih ganteng dan saya sering ketutupan dia, yang lebih sering disalami itu justru dia bukan saya, lama-lama gak enak juga hati saya. Lalu tiga bulan kemudian saya ganti ajudan yang lebih jelek dari saya," kata Jokowi yang disambut gelak tawa hadirin.
Menurut dia peristiwa itu menunjukkan bahwa secara fisik dia tidak pantas jadi seorang wali kota. "Saya ini tidak ada potongan jadi wali kota, tetapi sekarang malah dikejar-kejar jadi calon gubernur Jakarta," katanya.
Sebelumnya, Rektor Universitas Sebelas Maret Solo Ravikarsidi dalam sambutan mengatakan di kota Solo finansial inclusion telah diterapkan dalam memberikan tempat berdagang yang strategis bagi pedagang kaki lima.
"Akses ke perbankan jangan hanya untuk orang kaya, tetapi juga harus punya akses ke orang miskin," kata Ravikarsidi. Usai acara, Jokowi yang tampil tidak dengan pakaian kampanye calon gubernurnya langsung diserbu para wartawan yang selalu setia mengikutinya.