Senin 26 Mar 2012 21:39 WIB

Terkena Tembakan Peluru Karet, Demonstran BBM Dilarikan ke Rumah Sakit

Rep: Nian Poloan/ Red: Didi Purwadi
Aparat kepolisian mengamankan demo BBM
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Aparat kepolisian mengamankan demo BBM

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sedikitnya enam orang mengalami luka-luka dan seorang harus dirawat serius di rumah sakit akibat luka tertembak peluru karet yang dimuntahkan dari senjata aparat. Mereka adalah bagian dari ribuan demonstran yang melakukan aksi demonstrasi BBM di depan pintu masuk Bandara Polonia, Medan, Senin (26/3). Aksi unjuk rasa akhirnya dibubarkan paksa oleh aparat karena dianggap sudah bertindak anarkis.

Korban tertembak peluru karet adalah Yanto dari Forum Rakyat Bersatu. Yanto terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Elisabeth yang terletak tak jauh dari lokasi korban tertembak. Jumaida, dinamisator lapangan organisasi perempuan Mahardika, mengatakan korban harus dilarikan ke rumah sakit karena tertembak peluru karet di bagian dada.

''Yang tertembak di bagian dada di bawah leher," kata Jumaida.

Menurut Jumaida, penembakan terjadi ketika aparat memaksa para pengunjuk rasa mundur dari lokasi unjuk rasa di pintu masuk Bandara Polonia pada sekitar pukul 17.30. Terdengar beberapa kali suara tembakan dari barisan aparat. Penembakan diwarnai pula dengan pelepasan gas air mata serta semprotan water cannon.

Demonstran akhirnya mundur dan membubarkan diri. Kapolda Sumut, Irjen Wisjnu Amat Sastro, mengatakan aparat terpaksa melakukan pembubaran paksa karena pendemo dinilai sudah bertindak anarkis. "Mereka sudah sampai pada tingkat mengganggu ketertiban umum," katanya.

Aksi anarkis mulai terlihat ketika massa dihadang masuk bandara dan permintaan agar gubernur Sumut didatangkan ke lokasi unjuk rasa tidak segera dipenuhi. Tapi ketika Plt Gubernur Gatot Pujonugroho datang, tetap saja pengunjuk rasa tidak puas. Pasalnya, Gatot hanya bilang akan menyampaikan aspirasi soal penolakan kenaikan harga BBM tanpa bisa menjamin harga BBM tidak naik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement