Sabtu 24 Mar 2012 23:47 WIB

Rieke Diah Pitaloka Lebih Senang Bahas BBM Daripada Pilgub Jabar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Hazliansyah
Rieke Diah Pitaloka
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Rieke Diah Pitaloka

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Artis yang juga Anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka, hingga saat ini belum mau membahas mengenai pencalonannya sebagai Gubernur/Wakil Gubernur Jabar dari partai PDI Perjuangan. Ia, menilai masalah kenaikan BBM lebih penting di bahas dari pada Pilgub Jabar.

Padahal, PDI Perjuangan akan menjadikan Rieke yang terkenal sebagai salah satu bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur Jabar dari PDI Perjuangan di Pilgub 2013 nanti.

“Kalau menurut saya, sampai saat ini saya tidak mau membahas Pilkada Jabar,” ujar Rieke saat ditemui di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Sabtu (24/3).

Rieke menjelaskan, saat ini yang lebih penting adalah membahas mengenai kenaikan harga BBM. Karena, kenaikan harga BBM berimbas langsung pada seluruh rakyat Indonesia termasuk rakyat Jabar.

“Saat ini posisi saya wakil rakyat di DPR RI. Artinya,saya kerja untuk nasional," imbuh Rieke.

Rieke berharap, masyarakat mau bergabung bersama dirinya untuk menolak kenaikan bbm. Yakni, dalam sebuah komunitas. Caranya, lanjut Rieke, dengan bergabung bersama jutaan rakyat facebooker menolak kenaikan bbm. Kemudian, mengikuti poling di www.riekedyahpitaloka.com

"Kalau mau berdebat lebih cepat bisa langsung ke twitter saya @rieke_diah,” kata Rieke.

Menurut Rieke yang menjadi Anggota DPR RI Komisi IX, tidak benar kalau pemerintah menyatakan APBN jebol jika harga BBM tidak dinaikan.

Karena, kata dia, dari kalkulasi yang ia dapat berdasarkan laporan RAPBN tahun 2012, ada penerimaan negara bukan pajak sekitar Rp54 triliun. Kemudian, pajak perdagangan internasional Rp 5 triliun.

Jadi, sambung dia, Rp59 triliun dikurangin Rp55,1 triliun dari angka subsidi masih surplus sekitar Rp3,9 triliun.

"Itu salah satu contohnya yang tidak disampaikan ke rakyat," kata Rieke.

Selama ini, menurut Rieke, pemerintah selalu beralasan salah satu penyebab kenaikan harga BBM adalah subsidi BBM untuk rakyat. Tapi negara tidak pernah mau menjelaskan secata transparan.

Selain itu, berdasarkan data World Bank penggunaan premium mayoritas digunakan oleh masyarakat yang memakai kendaraan bermotor jenis roda dua. Artinya, premium digunakan oleh motor sekitar 64 persen.

Sisanya, lanjut Rieke, digunakan oleh mobil biasa atau bukan mewah. Karena, mayoritas mobil yang menggunakan premium itu harganya di bawah Rp50-100 juta.

"Mobil mewah mana mau pakai premium, pasti mereka lebih memilih pertamax," tegas Rieke.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement