REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pelaksanaan Nyepi dan ibadah sholat Jumat (23/3), di Denpasar Bali, berjalan khidmat dan lancar. Baik umat Muslim maupun umat Hindu saling bersikap toleran dalam melaksanakan ajaran agama masing-masing.
"Alhamdulillah, sesuai dengan kesepakatan para tokoh ummat beragama, kami bisa melaksanakan ibadah Jumat dengan tertib," kata Guru SD Muhammadiyah 3 Denpasar, Safarudin.
Saat berbincang dengan Republika melalui telepon, Safarudin mengemukakan, sesuai kesepakatan Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB), selama Nyepi, umat Islam diperbolehkan melaksanakan ibadah shalat Jumat. Namun, pelaksanaannya tidak menggunakan pengeras suara keluar masjid, memilih masjid terdekat dan tidak berkendaraan saat ke masjid alias jalan kaki.
Sementara Rafi Rasyid, warga di Gang Berlian Denpasar, mengemukakan, saat melaksanakan ibadah sholat Jumat, toleransi antar umat beragama sangat terasa. Pihak pecalang atau polisi adat ikut mengatur ketertiban selama umat Islam mendatangi masjid, hingga kembali pulang ke rumah masing-masing. "Kami juga berusaha untuk bersikap yang terbaik, ingin teman kami yang sedang melaksanakan Brata Penyepian bisa melaksanakan Nyepi dengan khidmat," katanya.
Sementara itu, sebelumnya, saat malam pengerupukan, Kamis (22/3) malam, beredar isu akan adanya serangan bom saat pawai ogoh-ogoh. Akibat isu itu, pawai ogoh-ogoh yang sedianya dilangsungkan di Kuta akhirnya batal. Begitu pula festival ogoh-ogoh di Sanur juga dibatalkan. Padahal untuk kegiatan itu, panitia telah menjual tiket seharga antara Rp 90.000-Rp 125.000 per lembar karcis.
"Karena tidak ada jaminan keamanan dari aparat kepolisian, maka Festival Ogoh-Ogoh batal kami gelar," kata Ketua Panitia Festival Ogoh-Ogoh, Gusti Gede Suparta.