REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga kemanusiaan Bulan Sabit Merah (BSMI) konsisten mengawal isu solidaritas untuk membantu kaum Muslim di Palestina. Selain mengadakan program beasiswa kedokteran bagi warga Palestina, mereka mengirimkan tim mengikuti Global March to Jerusalem” (GMJ).
Tim BSMI yang bakal diberangkatkan menuju Amman, Yordania itu terdiri dari Ketua Umum BSMI Muhammad Djazuli Ambari dan Dr Khoiron, Lc. Mereka akan bertolak dari Jakarta pada Selasa (28/3) mendatang.
“Aksi solidaritas yang bakal diikuti ribuan partisipan dari berbagai penjuru dunia ini menyuarakan agar tak terjadi bentrolan fisik antara Israel dan Palestina. Kita hanya mengandalkan perang psikologi, bukan perang senjata,” tutur Pembina BSMI dr Basuki Supartono, Rabu (21/3).
Gerakan ini memang menyedot perhatian berbagai kalangan yang peduli pada nasib bangsa Palestina. Tujuannya meningkatkan kesadaran akan ancaman nyata Zionis kepada Yerusalem dan Palestina.
Aksi solidaritas dunia untuk Yerusalem ini akan diwujudkan dalam bentuk long march yang diselenggarakan pada 30 Maret mendatang. Kemudian disusul aksi damai di empat negara yang berbatasan dengan Palestina, Mesir, Yordania, Suriah, dan Lebanon.
“Berbagai penodaan dan penistaan Zionis terhadap masjid suci Al-Quds sudah saatnya dihentikan. Mana ada feodalisme lagi di zaman modern seperti ini?,”ujar Ketua Umum BSMI Muhammad Djazuli Ambari.
Pergerakan BSMI selama ini dikenal tak hanya sebatas menyampaikan keprihatinan terhadap nasib warga Palestina. Djazuli memaparkan selain tim kemanusiaan, pihaknya mengirimkan alat kesehatan serta ambulans. Medio 2009, mereka telah mengembangkan program bantuan rakyat Palestina dengan memberikan beasiswa kedokteran.
Pemerintah Palestina pun merespon dengan mengirim sekitar 10 nama kandidat setiap tahunnya. Pada gelombang pertama ada dr Amin Al Najhwa yang sudah lulus ujian kompetensi kedokteran Indonesia. Ia kini mengikuti perkuliahan spesialis saraf di FK UI. Ada pula dr Moin Al Shurafa yang menempuh pendidikan spesialis di UGM.
“Program ini bentuk investasi hubungan bilateral antarnegara serta mempermudah koneksi di RS Jamal Ridwan di Rafa serta RS Al-Shifa, Gaza,” ungkap Djazuli. Pasalnya, para dokter Palestina ini berstatus pegawai negeri.
Di gelombang kedua, BSMI berhasil mendatangkan dua pemuda Palestina, Mohammed JM Shabat dan Abdelrahman MS Alnweiri. Keduanya berhasil diterima di FK UIN Syarif Hidayatullah dengan beasiswa penuh. Djazuli berharap mereka bisa fokus untuk menyelesaikan studinya dan pulang kembali ke tanah airnya tanpa proses birokrasi yang rumit.
Rumitnya pengurusan administrasi juga diungkapkan Mohammed yang masuk Indonesia sejak tahun 2010. Namun segala kesulitan bakal ia lalui karena tekadnya bulat membantu orang tuanya yang berprofesi sebagai guru serta saudara-saudaranya disana.
“Saya berterima kasih pada BSMI yang telah banyak membantu mengurus administrasi disini. Saya senang bersekolah disini karena indah dan orang-orang baik seperti keluarga disini," jelas Mohammed.